
stisid.ac.id- Senin, 13 Januari 2025. Di sebuah sudut kampus STIS Hidayatullah Balikpapan, suara gemuruh para mahasiswa terdengar di tengah sesi diskusi. Mereka adalah para pemuda yang tengah ditempa menjadi calon pemimpin, sesuai dengan filosofi “Syubbanul yaum rijalul ghad” — pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Mahasiswa di sini tidak hanya menghadapi tantangan akademik, tetapi juga tantangan sosial dan teknologi. Dalam dunia yang semakin terhubung, godaan gadget menjadi salah satu ujian terbesar bagi para pemuda ini. Game, tontonan, dan berbagai bentuk hiburan digital sering kali menjadi pengalih perhatian dari tugas utama mereka, seperti kuliah, shalat berjamaah, halaqah serta kegiatan keasramaan lainnya.
Dunia Pesantren yang Berbeda
Bagi banyak mahasiswa, STIS Hidayatullah bukan hanya sebuah tempat menuntut ilmu, tetapi juga dunia baru yang penuh disiplin dan nilai-nilai Islami. Berasal dari latar belakang yang beragam, mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren yang sangat berbeda dari kebiasaan mereka sebelumnya. Selain harus menghadapi keterbatasan akses hiburan, mereka juga harus membiasakan diri dengan jadwal ketat dan aktivitas yang mendukung penguatan karakter.
“Awalnya sulit,” ujar salah satu mahasiswa. “Kami harus melepaskan banyak kebiasaan lama, seperti bermain game atau menonton acara favorit. Tapi di sini, kami diajarkan untuk fokus pada tujuan besar kami.” Suasana pesantren seperti lukisan hidup yang sarat akan makna: deretan kitab kuning tersusun rapi, lantunan ayat suci menggema di aula pendopo, dan cahaya remang-remang lampu malam menemani mahasiswa yang tekun belajar dan shalat malam. Semua ini menciptakan harmoni yang unik, tempat tradisi dan modernitas yang saling bertemu.

Membentuk Kader Tangguh
Di tengah tantangan tersebut, STIS Hidayatullah membentuk para mahasiswa menjadi kader militan dan tangguh. Mereka tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan, tetapi juga keterampilan kepemimpinan dan mental baja untuk mengemban amanah di berbagai cabang Hidayatullah di seluruh Nusantara. Proses ini melibatkan berbagai kegiatan yang menuntut dedikasi tinggi, seperti:
- Pelatihan Kepemimpinan: Mahasiswa dilatih untuk memimpin dengan hikmah dan tanggung jawab.
- Komitmen terhadap nilai-nilai Islam: Pemuda yang memegang teguh prinsip Islam akan mampu menjadi teladan di tengah masyarakat.
- Kemampuan intelektual yang unggul: Mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis dan solutif dalam menghadapi berbagai permasalahan.
- Kedisiplinan dan tanggung jawab: Melalui rutinitas yang terstruktur, mahasiswa belajar mengatur waktu dan prioritas.
- Kemampuan bertahan dan beradaptasi: Kehidupan pesantren dan tugas dakwah di berbagai wilayah Nusantara mengajarkan mereka untuk tangguh dan fleksibel.
Keterkaitan antara motto “Syubbanul yaum rijalul ghad” dan mahasiswa STIS Hidayatullah begitu nyata. Mahasiswa di sini tidak hanya dipersiapkan sebagai individu cerdas, tetapi juga sebagai kader yang siap mengemban misi besar dakwah Hidayatullah di pelosok negeri dengan semangat “sami’na wa atho’na”. Mereka dilatih untuk menjadi pemuda yang tangguh secara intelektual, spiritual, dan sosial, sejalan dengan visi organisasi yaitu untuk mewujudkan peradaban Islam.
Pemuda Progresif dan Beradab
Pemuda Hidayatullah atau Syabab Hidayatullah sebelumnya memiliki tagline “pemuda progresif dan beradab.” Tagline ini menjadi identitas yang melekat pada setiap kader Hidayatullah, termasuk mahasiswa STIS. Dalam setiap proses perkaderan dan dakwah, nilai progresif tercermin dari semangat inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, sementara nilai beradab menjadi dasar etika dan moral dalam setiap langkah mereka.
Pemuda Hidayatullah memiliki program mainstream yang berfokus pada perkaderan dan dakwah. Program ini dirancang untuk mencetak kader-kader yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki integritas tinggi. Dari kegiatan pembinaan rohani hingga pelatihan kepemimpinan, semua diarahkan untuk menjadikan pemuda sebagai garda terdepan dalam perjuangan dakwah Islam.
Teknologi: Tantangan dan Peluang
Meski teknologi sering kali menjadi hambatan, mahasiswa STIS Hidayatullah diajarkan untuk melihatnya sebagai peluang. Gadget, jika digunakan dengan bijak, bisa menjadi alat untuk belajar dan berdakwah. “Kami diberi pemahaman bahwa teknologi bukan musuh, tetapi alat yang harus dikuasai untuk menyampaikan kebaikan,” kata seorang dosen. Lebih lanjut dunia teknologi yang semakin maju membuat semua orang dimudahkan dengan hal-hal praktis.
Dengan panduan ini, mahasiswa mulai mengurangi penggunaan gadget untuk hal-hal yang tidak produktif dan mengalihkannya untuk mendukung pembelajaran, seperti membaca e-book, mengikuti webinar, atau bahkan menyebarkan dakwah melalui media sosial. “Teknologi itu seperti pedang bermata dua,” kata seorang mahasiswa. “Jika digunakan dengan baik, ia bisa menjadi senjata ampuh. Jika tidak, ia justru melukai kita.” Para pemuda Hidayatullah juga melihat teknologi sebagai sarana strategis untuk membangun jaringan dakwah dan memperluas pengaruh positif. Melalui inovasi-inovasi berbasis digital, mereka berupaya menjaga nilai-nilai Islam tetap relevan dalam arus modernisasi.
Menuju Pemimpin Masa Depan
Tantangan yang dihadapi mahasiswa STIS Hidayatullah bukanlah hal kecil, tetapi justru menjadi pembelajaran berharga bagi mereka. Mereka disiapkan untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga tangguh secara mental dan spiritual. Pemuda-pemuda ini adalah harapan yang akan membawa perubahan positif bagi Negara, bangsa dan agama.
Bagi Pemuda Hidayatullah, prinsip “Syubbanul yaum rijalul ghad” bukan sekadar slogan, tetapi panduan hidup yang menggerakkan mereka untuk terus berjuang. Semangat ini tercermin dalam dedikasi mereka menjalankan amanah di berbagai cabang organisasi. Dari pelosok desa hingga kota besar, mereka hadir sebagai pemimpin yang membawa perubahan dan inspirasi.
Suatu malam, di bawah langit bertabur bintang, seorang mahasiswa menuliskan cita-citanya di buku harian: “Aku ingin menjadi pemimpin yang mencintai umat, memimpin dengan keadilan, dan meninggalkan jejak keberkahan.” Tulisan itu adalah refleksi dari semangat yang terus menyala dan membara di hati mereka.
Sebagai pemuda yang digembleng dengan nilai-nilai Islami, mahasiswa STIS Hidayatullah percaya bahwa mereka memikul amanah besar untuk melanjutkan estafet perjuangan. Dengan memanfaatkan waktu, ilmu, dan teknologi secara bijak, mereka optimis dapat menjadi pemimpin masa depan yang diharapkan. “Syubbanul yaum rijalul ghad,” sebuah motto yang tidak hanya menjadi slogan, tetapi menjadi prinsip hidup bagi setiap mahasiswa STIS Hidayatullah Balikpapan, dan pemuda Hidayatullah pada umumnya.
By Damai