stishid.ac.id- Media STIS Hidayatullah diwakili oleh jurnalisnya, Muhammad Asrijal, berguru kepada sejumlah wartawan senior Majalah Suara Hidayatullah (Sahid) di Kantor Pusat Dakwah dan Informasi Hidayatullah Kota Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini.
Di antaranya kepada Ustadz Akbar Muzakki, salah satu wartawan senior Hidayatullah. Saat dikunjungi Media STIS Hidayatullah, Ustadz Akbar menyampaikan sejumlah pesannya. Antara lain ia menegaskan bahwa jurnalistik merupakan aktivitas yang melibatkan intelektualitas.
“Jurnalistik adalah kegiatan intelektual,” di antara penegasannya yang disampaikan dalam diskusi jurnalistik bersama anak-anak muda pegiat jurnalistik-multimedia di Kantor Majalah Suara Hidayatullah – Hidayatullah.com di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/11/2022).
Diskusi itu diikuti oleh sejumlah pegiat jurnalistik-multimedia digital dari Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka adalah peserta Upgrading & Study Tour Jurnalistik-Multimedia Digital Dai & Santri Balikpapan, yang berlangsung selama sekitar dua pekan di Pulau Jawa.
Oleh karena jurnalistik merupakan kerja-kerja intelektual, maka seseorang yang mau terlibat di dalamnya, tidak cukup berbakat. Tapi butuh niat dan kemauan kuat.
Selain itu, seorang jurnalis juga harus rajin membaca dan harus pekan melihat momentum serta fenomena yang terjadi.
Seorang jurnalis, pesannya, mesti punya hobi membaca buku. Dari buku yang dibaca itulah kemudian ditadabburi lalu dituangkan ke dalam tulisan. Atau bisa menjadi referensi pengetahuannya dalam menyikapi fenomena di sekelilingnya.
Seorang jurnalis juga harus bermental kuat dalam berbagai kondisi, bahkan di wilayah yang penuh tekanan mental dan fisik sekalipun.
Ustadz Akbar juga menyampaikan bahwa jurnalistik atau pers sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan dunia.
Ia pun mengingatkan bahwa menjadi seorang jurnalis berarti menjadi pelaku atau pencatat sejarah. Sehingga, umur seorang jurnalis atau seorang penulis bisa jadi lebih pendek dibanding karya tulisnya. Seperti para penulis Muslim yang telah masyhur, di antaranya Imam Syafi’i.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Akbar antara lain menceritakan awal mula dirinya terlibat dalam dunia jurnalistik. Yaitu saat masih remaja di sebuah SMA di Jawa Timur. Kecintaannya kepada jurnalistik terus terpelihara hingga kini.
Ustadz Akbar juga menceritakan di antara pengalamannya melakukan peliputan ke berbagai daerah konflik, semasa ia masih diamanahi sebagai jurnalis lapangan Majalah Suara Hidayatullah puluhan tahun silam.* (MCU)