Ikuti Daurah al-Qur’an, Utusan STIS Sabet Predikat Mumtaz



STISHID- Bertempat di masjid Agung ar-Riyadh, Balikpapan, kegiatan Daurah al-Qur’an Bersanad resmi ditutup oleh Pimpinan Umum Hidayatullah, KH. Abdurrahman Muhammad, Sabtu15/10/2016.

Acara penutupan tersebut ditandai dengan keberhasilan 35 orang peserta meraih sanad matan tajwid Tuhfatul Athfal dan al-Jazariyah. 
Syukurnya, dari 35 orang peraih sanad tersebut, utusan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah mendominasi dengan raihan 13 sanad.
Satu di antaranya bahkan berhasil disabet oleh Musyarrafah, mahasiswi semester lima, dengan predikat mumtaz (sempurna).
Sedang lainnya masing-masing diraih oleh lainnya, yaitu Hendri Setiawan, Asrullah, Iqhwan Syafi’i, Istiqomah, Aulia Insani, Rumayyah, Mamluatul Hasanah, Salaminar, Suhaimiyyah, Susilawati.
Kesyukuran tersebut terbilang sempurna dengan prestasi dosen putri, yaitu ustadzah Maftuha dan ustadzah Rifdah Fauziah. Kedua dosen pengajar di program I’dad STIS tersebut berhasil meraih sanad matan juga.
“Alhamdulillah, semuanya adalah karunia dan kehendak Allah atas mujahadah dan doa STIS selama ini,” ungkap ustadzah Sholehah, penanggung jawab Akademik di STIS Putri.
 
Untuk diketahui, sebelumnya sebanyak 305 peserta mengikuti kegiatan daurah al-Qur’an tersebut.

Peserta tersebut merupakan utusan dari seluruh unit madrasah (putra dan putri) yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan (LPP) Hidayatullah, Balikpapan.

Selanjutnya, selama sepuluh hari, para peserta belajar tahsin tilawah al-Qur’an dan wajib menghafal matan tajwid Tuhfatul Athfal dan al-Jazariyah.

“Khusus tahsin, praktiknya di surah al-Fatihah dan al-Qalam,” jelas Abdul Ghofar Hadi, Ketua LPP Hidayatullah Balikpapan, dalam kesempatan terpisah.
Dalam sambutan, pemateri Rifai Mujahidin al-Haq, mengingatkan para peserta agar tak pernah puas dalam belajar dan mengajarkan al-Qur’an.

“Ini adalah ilmu yang sangat mulia. Karena berkaitan langsung dengan wahyu Ilahi,” ucap Rifai, mahasiswa al-Azhar, Kairo jurusan Ilmu Tafsir dan al-Qur’an.

“Olehnya dibutuhkan keikhlasan, semangat, kesabaran, dan istiqamah dalam menuntut ilmu,” lanjut pemegang sanad matan Tuhfatul Atfal dan matan al-Jazariyah yang ke-12.

Sebagai testimoni hafalan, panitia juga menampilkan sejumlah peserta terbaik yang diuji hafalan matannya oleh jamaah.

“Silakan bertanya hafalan bait matan ke berapa. Dari bawah ke atas, dari kiri ke kanan juga tidak masalah,” gugah Rifai tersenyum.

Sebagai penutup, Pimpinan Umum Hidayatullah mengingatkan kembali pentingnya berqur’an.

Al-Qur’an tidak hanya dibaca, dipelajari, dan dihafalkan. Namun yang utama berikutnya adalah mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an tersebut.

“Jadi sanad matan, sanad bacaan, dan sanad hafalan itu saling berkaitan semua. Puncaknya adalah mengamalkan ilmu al-Qur’an itu,” jelas KH. Abdurrahman.

“Wa nikma ajru al-amilin” tutup Abdurrahman mengutip ayat 36 dari surah Ali Imran.*/ Djaulah/STISHID

 

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp