Waka II STIS: “Lulusan STIS Marketable Sepanjang Waktu di Masyarakat”

STISHID — Disadari, mengemban amanah sebagai (salah satu) lembaga pendidikan tinggi dan pengkaderan bukanlah hal yang terbilang gampang.

Demikian simpulan dari pertemuan silaturahim dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah dengan pemerhati pendidikan Hidayatullah asal Surabaya, Miftahuddin, tengah Agustus lalu.

Menurut Miftahuddin, saat ini taruhan pendidikan dan pengkaderan di Ormas Hidayatullah adalah proses pembelajaran di Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH) tersebut.

“Jadi ujung tombak dakwah di lapangan itu lulusan STIS dan alumni PTH lainnya. Bukan yang lain,” ucap ustadz yang ikut membidani lahirnya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lukmanul Hakim, Surabaya.

Disebutkan Miftahuddin, lokasi kampus STIS yang terletak di Kampus Induk Hidayatullah Balikpapan adalah nilai plus yang tak dimiliki oleh kampus PTH lainnya.

“Gunung Tembak adalah induk dari seluruh kampus Hidayatullah. Belum lagi celupan dari interaksi langsung dengan para pendiri, perintis, dan  kader senior Hidayatullah,” ungkap ustadz Miftah.

Untuk itu, lanjutnya, STIS harus fokus pada keunggulan kampus dan program studi (prodi) yang dipunyai.

“Jadi program kerja itu harus sejalan dengan visi misi dan tujuan STIS. Upayakan fokus pada banyak kelebihan dan bukan meratapi kekurangan yang ada,” terangnya lagi.

Senada, Wakil Ketua II STIS, Hidayat Jaya Miharja, M.Si. menekankan pentingnya keberlangsungan kader dakwah di tengah masyarakat.

Menurut Ustadz Harja, demikian sapaan akrabnya, kompetensi alumni STIS yang berbasis syariah adalah kebutuhan mendasar masyarakat modern saat ini.

“Semuanya akan kembali kepada prinsip syariah dan ajaran agama. Ini yang membuat lulusan STIS dibutuhkan dan marketable sepanjang waktu di masyarakat,” ungkap Harja optimis.

Di hadapan para dosen, Harja menyatakan harapannya agar seluruh dosen terus memberi yang terbaik dalam mendidik dan mengkader mahasiswa.

“Silakan berkarya seluas-luasnya. Biar kami yang di lapangan yang mengurus fasilitas sarana dan kebutuhan dana lainnya,” imbuhnya lagi.

Berdiri sejak tahun 2004, STIS Hidayatullah terus berbenah dan menyebar alumninya sebagai kader dakwah.

Diketahui, hingga saat ini, ratusan alumni lulusan STIS sudah menyebar ke berbagai titik dakwah di seluruh penjuru nusantara.

Terakhir, Miftahuddin mengingatkan pentingnya menjaga hubungan dekat dengan Allah. Sebab diyakini pertolongan Allah itu datang atas rahmat-Nya dan juga asbab dari manusia sendiri.

“Seorang kader dakwah itu harus berpikir dan bergerak terus. Ibadah harus dijaga selalu. Dengannya pemimpin bisa mengatur dan menggerakkan orang lain,” papar Miftahuddin sambil mengutip perkataan pendiri Hidayatullah, KH. Abdullah Said tentang keutamaan Shalat Lail.

“Mohon doanya semua, semoga STIS Hidayatullah bisa lebih baik lagi,” pungkas Ketua STIS Hidayatullah, Dr. Abdurrohim, M.S.I berharap. */ Masykur Abu Jaulah/STISHID

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp