Menjadi Mujahid Ramadhan

*Goresan Ramadhan Mr. G (2)
Tulisan ini di sadur dari Tausyiah Targhib Ramadhan Pimpinan Umum Hidayatullah pada tanggal 03 Juni 2016 M
=========================

 


Kita semua harus menjadi mujahid Ramadhan, bukan hanya para santri. Jangan ada yang tercecer untuk menjadi mujahid Ramadhan. Harus tersusun program dari awal hingga akhir Ramadhan, sehingga tidak terlewatkan detik-detik waktu Ramadhan.

Sebagian umat Islam banyak mengejar Ramadhan dengan umroh di masjidil haram. Memang janji Rasulullah seperti itu, bahwa yang umroh di bulan Ramadhan seperti haji bersama nabi. Namun niat ke sana harus betul-betul di tata karena iman, bukan yang lain. Sebab jebakan hati ke sana itu banyak sekali, harus berangkat dengan keyakinan dan keimanan.

Ramadhan harus menjadi titik start kebaikan. Karena Ramadhan adalah pusat kebaikan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Kenapa Allah banyak berbicara orang terdahulu atau sebelum kita. Bukan hanya pada ayat puasa di atas tapi banyak ayat yang lain seperti itu.

Sebab orang-orang terdahulu telah memberikan teladan yang baik, dari para Quro’ (pembaca) kemudian penulisan Al quran oleh para penulis wahyu (kuttaab ul wahyi) yang dipilih Rasulullah. Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk menulis setiap ayat Alquran yang turun, di atas ruqqaa’ (bentuk jamak dari kata ruq’ah/papan. Kadang-kadang ditulis di atas bebatuan, berupa pelepah kurma, tulang unta, domba, kayu, ataupun kulit).

Terkait penyusunan ayat dan surat dalam Alquran itu bersifat tauqifiy, yakni merupakan hak prerogatif Allah Swt. Allah memerintahkan Rasul-Nya, melalui jalan wahyu, untuk menempatkan setiap ayat di dalam sebuah surat pada posisinya masing-masing. Bukan inisiatif Ustman bin affan.

Kemudian untuk memahami al Qur’an atau membangun ruh dengan mengikuti sistematika turunnya wahyu. Ini bukan gagasan ustadz Abdullah Said, tapi banyak ulama afsir juga mengarang tafsir berdasarkan urutan turunnya wahyu.

Banyak orang-orang terdahulu yang menjadi teladan, keahliannya dalam membaca dan menulis. Semua mereka dalam shof atau barisan komando. Baca sejarah tokoh tokoh terdahulu.

Bagaimana mungkin Islam akan tegak dan kembali mendapatkan kemuliaan dan ‘izzah-nya tanpa tekad baja seperti tekad Shalahuddin al-Ayyubi. Tekad yang telah memporak-porandakan pasukan salib di Hithin, membebaskan al Quds dan mengembalikan ummat Islam kepada aqidah yang benar telah hampir saja tenggelam di kegelapan lautan Syi’ah dan kesesatan Bathiniyyah.

Ibnu Syidad sebagai guru shalahuddin al ayyubi mengatakan, “kemulian mana yang tertinggi dalam kematian? Tentu jihad di jalan Allah. Sehingga Ibnu Syidad mengatakan, “Kecintaan dan rindunya terhadap jihad. Semua pembicaraannya tentang jihad. Semua kecenderungannya terhadap orang-orang yang mengingatkan dan mendorong kepada jihad. Demi cintanya kepada jihad fi sabilillah.

Sehingga untuk kita semua, jangan menghindar dari pekerjaan berat atau penuh resiko. Itu konskwensi dari jihad.

Muhammad al Fatih pembebas Konstatinopel yang sudah dikuasai eropa ribuan tahun, benteng yang terkuat dan seolah mustahil bisa ditaklukkan. Tapi karena kecerdasannya dan keyakinannya terhadap Hadist Rasulullah maka Muhammadi al Fatih dengan pasukannya berhasil dengan cara yang mustahil yaitu menyebrangi gunung dengan perahunya. Sehingga musuh-musuh tercengang kaget.

Salah satu yang menonjol dari para tokoh islam dahulu, Shalahuddin al ayubi dan Muhammad al Fatih adalah moral dan spritualnya. Kalau tidak ada moral (jujur dan muru’ah) maka lebih rendah daripada binatang. Spritualitas juga tinggi, Muhammad al Fatih tidak pernah menanggalkan shalat berjamaah dan shalat lailnya.

Maka Ramadhan datang harus dihadapkan untuk meraih kecerdasan Ramadhan. Harus turun ke gelanggang. Tidur pagi itu bertentangan dengan dalil. Harus diubah pikirannya, bahwa seolah yang berjuang atau menjadi mujahid ramadhan hanya santri atau anak-anak muda saja.

Usman bin Afan umur 80 tahun masih berjuang dan bekerja untuk Islam, bahkan sampai terbunuh. banyak tokoh-tokoh Islam yang sudah lanjut usianya tapi tidak menyurutkan semangatnya berkhidmat kepada agama  ini.

Sehingga jangan menutup diri untuk berkhitmad kepada Islam dengan segala daya upaya kita. Banyak bersujud, berdoa, taqarub juga bagian darinya.

Mari kita sambut Ramadhan dengan kekuatan penuh, doa yang penuh untuk seluruh mujahid ramadhan. Semoga kita menjadi ibadurrahman yang senantiasa bisa taqarub kepada Allah. Wallahu a’lam bish shawab – */Mr. G – (nama pena dari Abdul Ghofar Hadi, Dosen tetap pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di STIS Hidayatullah Balikpapan)

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Jangan dilewatkan :


Share