Jadi Daiyah Tidak Boleh Cengeng

STISHID — Meski tak memiliki agenda formal dan khusus dalam helatan Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah (7-10/11/2015) lalu, Muslimah Hidayatullah (Mushida) Gunung Tembak tak ketinggalan menyemarakkan acara Munas dengan beberapa kegiatan. Sebut saja di antaranya adalah lomba kebersihan rumah dan lingkungan , pelatihan jurnalistik STIS Hidayatullah Putri, serta temu kangen dan silaturahim sesama mujahidah dakwah.

Untuk kegiatan yang disebut terakhir, acara silaturahim tersebut diadakan di Aula Prasmanan, Pesantren Hidayatullah Kampus Gunung Tembak, Balikpapan (10/11/2015). Tampil sebagai pembicara adalah daiyah-daiyah senior yang sudah malang melintang di berbagai pelosok nusantara untuk berdakwah. Acara dihadiri oleh ratusan ibu warga pesantren dan seluruh santri putri dari berbagai jenjang pendidikan.

“Jika menyaksikan perkembangan dakwah Hidayatullah sekarang, sungguh seperti mimpi di siang bolong dibanding masa awal kami nyantri dahulu,” Ucap ustadzah Sajidah, salah seorang daiyah senior Hidayatullah yang kini tugas di Pekanbaru, Riau. [Baca : Modal Dakwah Kami Hanya Bismillah dan Sami’na wa Atho’na ]

Sajidah mengaku sudah mondok sejak tahun 1974 di awal masa perintisan Hidayatullah dahulu. Waktu itu Pesantren Hidayatulah masih berlokasi di Karang Bugis, belum hijrah ke lokasi Kampus Gunung Tembak, Balikpapan seperti sekarang ini.

Di hadapan peserta silaturahim, istri dari ustadz Ahmad Bachtiar AR tersebut lalu bernostalgia tentang suka duka masa menjadi santri di masa tersebut. “Dulu punya uang Rp. 25 itu sudah bisa beli ikan teri dan daun singkong untuk konsumsi santri,” Ujar Sajidah.

Sajidah mengaku dulu sering diberi amanah belanja ke Pasar Radio (red: lokasi pasar tak jauh dari Tugu Adipura, Karang Rejo, Balikpapan). “Tubuh saya kan kecil jadi dianggap lincah kalau disuruh ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur,” Imbuh Sajidah tersenyum.

Hingga sekarang, Sajidah merasakan pentingnya arti sebuah ketaatan dan tazkiyatun nafs (pensucian hati) dalam kehidupan berjamaah. Menurutnya, hal tersebut sangat ditekankan oleh Ustadz Abdullah Said Rahimahullah, pendiri Hidayatullah, dalam mendidik generasi awal terdahulu.

“Capaian Hidayatullah saat ini adalah karunia Allah yang patut kita syukuri bersama. Dakwah Hidayatullah seperti ini juga tak lepas dari perjuangan dan spirit sami’na wa atha’na kader-kader awal. Seperti itu kami dikader dan dibina dahulu,” Papar Sajidah memberi semangat.

Terakhir, Sajidah menitip pesan kepada seluruh peserta silaturahim temu kangen lintas generasi muslimah tersebut. Menurutnya, sejak dini Ustadz Abdullah Said menginginkan kader Hidayatullah senantiasa taat dan bersemangat dalam berdakwah. “Jadi daiyah itu tidak boleh cengeng dan gampang menyerah kalau diberi tugas berdakwah,” Pungkas Sajidah yang diiringi gema takbir dari seluruh peserta silaturahim. */ Sahlah al-Ghumaisa / STISHID

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp