Keeksisan Seorang DaiTergantung Kedekatannya dengan Allah


STISHID — Di tengah momen Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah (7-10/11/2015) lalu, kader senior Hidayatullah Ustadz Usman Asy’ari berbagi pengalaman dakwah kepada ribuan juru dakwah yang sedang berkumpul di Kampus Pusat Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan. Suatu ketika, Usman berkisah, ada seorang dai yang bertanya kepada KH. Abdullah Said Rahimahullahu, Pendiri Hidayatullah ketika itu, “Bagaimana kami nanti di sana (di daerah tugas, red)?”

Layaknya penugasan dakwah di Hidayatullah, biasanya setiap dai yang bertugas hanya dibekali dengan ongkos secukupnya untuk biaya transportasi hingga daerah yang dituju. Mendengar pertanyaan tersebut, Abdullah Said lalu menjawab,“Bagaimana kamu di sana tergantung bagaimana kamu dengan Allah di sana. Jika kamu menjaga ibadah dan beramal shaleh niscaya Allah memberikan pertolongan-Nya kepadamu.”

Menurut dai yang kenyang dengan pengalaman dakwah tersebut, seperti itulah pendiri Hidayatullah mengkader santri-santrinya dahulu. Abdullah Said berusaha mengajarkan kepada seluruh juru dakwah untuk merasakan ketergantungan hanya kepada Allah Sang Pencipta. “Sebagai seorang dai harus percaya diri, tidak boleh minder apalgi merasa kecut. Tapi ingat, seorang dai juga tidak bisa sombong,” Ucap Usman mengingatkan.

Di sinilah pentingnya, lanjut Usman, untuk memperbanyak doa dan bertawakkal kepada Allah. Sebab yang dai emban adalah pekerjaan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu. “Sewaktu tugas dakwah ke daerah bukan dengan bekal berkarung-karung emas atau berlembar-lembar uang tapi hanya dengan modal doa jamaah dan sami’na wa atha’na saja,” Terang Usman bersemangat.

Para sahabat Nabi, masih menurut Usman, berhasil menjadi generasi terbaik dan menempati rangking teratas bukan semata karena prestasinya di lapangan. Tapi juga ditopang dengan ibadah yang kuat. Mulai dari dzikir, tilawah al-Qur’an, hingga shalat lail yang tak pernah putus. Termasuk di dalamnya kejujuran dan amanahnya terhadap tugas dakwah juga rangking satu. “Itulah (akhlak karimah) yang senantiasa mengundang pertolongan Allah kepada mereka,” Ungkap Usman menjelaskan.

Dalam kesempatan taushiyah bakda shalat Maghrib tersebut, Usman juga menitip harapan kiranya generasi pelanjut Hidayatullah ke depan bisa berdakwah dan membina umat lebih baik lagi. “Hanya itu doa dan harapan kita selaku orang tua. Dengan ilmu yang sudah banyak, menuntut ilmu di mana-mana, maka sepantasnya generasi penerus Hidayatullah bisa lebih baik lagi dalam berdakwah. Sehingga kami para kader senior tidak perlu kahwatir dan risau tentang keberadaan lembaga dakwah dan perjuangan ini,” Harap Usman memungkasi.*/Dokumentasi STISHID

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp