Terus Optimis dalam Berdakwah

STISHID — Anggota Majelis Penasehat (MP) Pusat Hidayatullah, Ustadz Amin Mahmud mengingatkan para dai Hidayatullah untuk terus optimis dalam berdakwah di jalan Allah. “Hingga hari Kiamat sudah dekatpun, manusia tetap diperintahkan untuk menanam biji tanaman yang ada di genggaman sebagai bentuk optimisme orang beriman,” Ungkap Amin sambil mengutip sebuah hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (Saw).

Kegiatan pencerahan tersebut berlangsung bakda shalat Maghrib di masjid ar-Riyadh, Balikpapan yang dihadiri oleh ratusan dai peserta Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah dari seluruh penjuru tanah air. Diketahui, acara Munas berlangsung selama empat hari sejak tanggal 7-10 Nopember 2015 silam di Kampus Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan.

Menurut Amin, jatah hidup yang hanya sekali di dunia ini tidak boleh dimanfaatkan secara sembarang dan disia-siakan. Hendaknya ia digunakan untuk dakwah dan perjuangan agama bukan semata dipakai untuk “Berjuang” (red; berjuang adalah akronim dari beras, baju, dan uang). “Meskipun para dai juga butuh ketiganya, tapi ia bukan tujuan utama hidup di lembaga dakwah dan perjuangan ini,” Terang Amin menasihati.

Di hadapan warga Hidayatullah, ustadz yang termasuk santri awal di masa perintisan Hidayatullah tersebut lalu menceritakan kisahnya ketika pertama kali masuk Pesantren Hidayatullah tahun 1970-an. Amin mengaku, dulu ia bercita-cita jadi guru setamat Pendidikan Guru Agama (PGA) atau lepas kuliah nanti. Punya gaji, bangun rumah, beli mobil pribadi, beristri cantik dan sebagainya.

Tiba-tiba setelah mengenal Hidayatullah,  mendadak semua khayalan itu lenyap tak berbekas. “Menjadi pegawai Allah ternyata lebih nikmat dibanding menjadi pegawainya manusia. Hidup itu terasa indah jika dipakai untuk berjuang di jalan Allah, bukan yang lain,” Papar Amin Mahmud.

Jika ada seorang Muslim, lanjut Amin, mengaku telah bergabung di lembaga dakwah tapi belum merasakan nikmat dalam perjuangan ini maka hendaknya ia mengevaluasi diri. “Boleh jadi ada yang keliru dengan niat awal hadir di lembaga dakwah dan perjuangan,” Terang Amin yang pernah merintis beberapa kampus Hidayatullah di wilayah Sumatera.

Amin mengibaratkan, jika makanan enak atau minum es krim, misalnya terasa nikmat padahal hanya untuk kebutuhan perut. Apalagi kalau orang tersebut mampu merutinkan membaca al-Qur’an, berdzikir, atau shalat lail dalam kehidupannya. Niscaya ia merasakan suatu kenikmatan luar biasa dalam hati dan keimanannya. “Amalan hati tersebut melebihi sensasi makanan dan minuman paling mahal sekalipun,” Pungkas Amin. */Dokumentasi STIS Hidayatullah Balikpapan

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp