STISHID — Kapolda Kalimantan Timur Irjen Safaruddin mendorong agar santri Hidayatullah ada juga yang menjadi polisi. Dengan menjadi polisi, mereka tidak saja melakukan amar makruf tetapi juga sekaligus melakukan nahi munkar (mencegah perilaku keburukan).
Hal itu disampaikan Kapolda Kaltim saat memperkenalkan diri dan memberikan arahan kepada santri dan jamaah Pondok Pesantren Hidayatullah di Masjid Ar Riyadh Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, lepas Maghrib, Ahad (27/09/2015) .
Beliau mengaku baru dua pekan bertugas di Polda Kaltim dan rencana silaturrahmi ke Pesantren Hidayatullah Balikpapan Jumat depan tapi takdir Allah, shalat Maghrib bisa di masjid Pesantren Hidayatullah.
“Sungguh di luar rencana, mungkin ini jodohnya,” selorohnya disambut tawa jamaah yang meriung di depan mimbar tempat Kapolda berdiri.
Kapolda Kaltim yang baru menjabat ini adalah putra kelahiran Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Ia ternyata satu kampung dengan pembina pesantrenm, Ustadz Nashirul Haq, yang turut memberikan kata pengantar sebelum Kapolda naik mimbar.
“Beliau tidak menyangka di Kaltim ini banyak orang Sulawesi selatan. Beliau mohon doa restu, semoga Allah memberikan kemudahan dalam tugas. Kebiasaan beliau memang silaturrahmi terutama ke pesantren pesantren. Karena beliau yakin doanya santri dan ustadz ustadz itu makbul,” kata Ustadz Nashirul dalam pengantarnya.
Safaruddin menjadi polisi sejak 1984 dan pernah mutasi ke berbagai daerah. Terakhir sebelum diangkat menjadi Kapolda Kalimantan Timur adalah di Mabes Polri.
“Sedikit saja, saya memperkenalkan diri. Biar tidak bosan dan insya Allah saya akan sering silaturrahmi ke Pesantren Hidayatullah ini,” kata beliau.
Pada kesempatan tersebut Kapolda berkeinginan untuk tes seleksi beberapa santri kelas tiga Aliyah Hidayatullah Balikpapan yang berminat dan memenuhi persyaratan untuk bisa diterima jadi anggota polisi.
Menurut beliau revolusi mental yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo akan mudah terealisasikan kalau polisi banyak dari santri. Beliau yakin jika santri banyak mau menjadi polisi, insya Allah polisi ke depan akan menjadi lebih baik.
“Polisi itu mulia tugasnya. Dari bangun tidur sudah harus siap di jalan jalan agar orang bekerja, anak berangkat sekolah sampai tujuan dengan selamat. Sore juga demikian, hingga saat malam hari, masyarakat tidur, polisi tetap harus siap untuk menjaganya,” katanya.
“Polisi bisa masuk surga duluan dari ustadz. Kalau ustadz kan hanya mengajak dan mengajari orang berbuat baik. Polisi bukan hanya menghimbau, menangkap, menangani kejahatan. Artinya bukan hanya amar makruf tapi juga nahi munkar. Tentu polisi yang baik. Kalau tidak polisi tidak baik, bisa masuk neraka duluan,” seloroh beliau diiringi senyum para jamaah.
Oleh sebab itu Kapolda sangat berharap selalu ada sinergi dengan pesantren untuk turut membantu tugas polisi. Kata Kapolda, polisi tidak akan menjadi bagus kalau tidak ada koreksi atau aduan dari masyarakat. Bahkan beliau membagikan nomor ponsel seluler pribadinya kepada siapa saja untuk menerima aduan masyarakat.
Beliau mengaku, Insya Allah akan dijawab langsung oleh Kapolda mengenai aduan yang masuk ke telepon selulernya tersebut. Soal ini Kapolda Safaruddin punya cerita unik. Baru dua pekan tugas di Kaltim, ia sudah ditelepon seseorang yang ingin mengadu.
“Ini pak Kapolda?”
” Iya, kenapa pak?”
” Mau tanya saja, apakah di rumah bapak Kapolda mati listrik?”
” Tidak, memang di rumah bapak mati lampu?”
” Iya, tadi sudah telpon PLN tidak diangkat angkat, maka saya telpon pak Kapolda saja”.
Lalu pada kali waktu lainnya, Kapolda juga pernah menerima pesan singkat juga ke nomor telepon selulernya tersebut. “Ibu ibu, sms suaminya hilang,” kisahnya disambut tawa jamaah.
Dia memungkasi dengan menekankan bahwa tugas polisi sangat dinamis karena berbasis dari masyarakat. Karena itu, tegas dia, polisi harus dekat dengan masyarakat. “Sehingga tugas polisi itu asyik dan banyak pahalanya kalau kita tulus melayani,” pungkasnya*/ Paryadi Abdul Ghofar / STISHID