STISHID — Keterbatasan akan selalu ada dalam perjuangan dengan dimensi yang berbeda-beda, tantangan internal maupun eksternal terkadang juga terasa semakin berat tetapi, itu semua bukan menjadi bahan keluhan ataupun alasan untuk tidak bergerak dan terus berkarya.
“Justru keterbatasan itu merupakan ladang jihad bagi kita,” demikian kata Ketua Lembaga Pendidikan Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Abdul Ghofar, S.Sos.I, M.S.I saat memberikan sambutan dalam Rapat Kerja (Raker) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, Rabu (12/08/2015).
Keterbatasan itu, kata Ghofar, membuka kesempatan untuk berkontribusi secara maksimal dalam mengambil peran mujahadah dengan terus berfikir dan bermusyawarah guna merumuskan konsep dan mencari solusi terbaik.
Sehingga, lanjutnya, banyak sekali pekerjaan yang bernilai jihad sebagai bentuk tanggung jawab keimanan.
“Kalau fasilitas sudah sempurna semua, mahasiswa datang berbondong bondong dengan kualitas mumpuni, dosen sudah hebat semua, gaji dosen sudah melebihi UMR, kurikulum juga sudah matang. Maka tidak perlu lagi ada raker hari ini,” tegas Ghofar.
Ghofar mengungkapkan bahwa perjalanan STIS Hidayatullah Balikpapan sudah 11 tahun dan melahirkan alumni lebih dari 300 alumnus yang tersebar di seluruh pelosok nusantara serta telah mengambil peran di tempat tugasnya masing-masing.
“Ini pencapaian yang patut disyukuri dan dijadikan motivasi untuk terus berbenah menjadi lebih baik lagi,” cetus Ghofar.
Karena itu, Ghofar mengajak seluruh dosen STIS Hidayatullah Balikpapan untuk menjaga niat dalam melahirkan kader-kader terbaik sebagai bagian dari jihad untuk membangun peradaban Islam, serta melanjutkan risalah Islam di bumi Allah ini.
“Hindari perbincangan yang seolah-olah menjadi dosen menderita dengan mendramatisir masalah ataupun menyalahkan sana sini hingga akhirnya menghabiskan energi dan merusak ukhuwah,” kata Ghofar berpesan.
Ghofar menyampaikan bahwa STIS Hidayatullah selain sebagai pelaku sejarah juga sebagai institusi pendidikan paling tinggi di Hidayatullah Balikpapan.
Maka, lanjutnya, STIS harus bisa menjadi teladan, baik secara pribadi sebagai dosen maupun institusi, terutama terkait dengan spritual ibadah yang optimal, mental maupun moral deagan berperan aktif dalam kegiatan kebersamaan di lembaga, seperti halaqah, kerja bakti, ribath, diskusi diskusi ilmiah dan sebagainya.
“Semoga raker ini bisa menghasilkan rencana rencana yang lebih baik. Karena raker adalah bagian dari manajemen untuk menyempurnakan ikhtiar.
Kata orang, gagal membuat rencana sama dengan merencanakan kegagalan. Sesuatu yang direncanakan saja belum tentu berhasil apalagi yang tidak direncanakan,” pungkas Ghofar.*/Hidcom