STIS Hidayatullah sebagai Institusi Ideologis

STISHID – Salah satu kekurangan terbesar dunia pendidikan sekarang adalah ketidakmampuan untuk mencetak alumni dan keluaran yang berorientasi pada pengabdian pada umat dan agama.

Yang dilahirkan dari rahim dunia pendidikan pada zaman ini adalah sumber daya yang berorientasi pada kepentingan material dan pencapaian yang bersifat duniawiah belaka.

Pada akhirnya dunia pendidikan hanya mencetak robot robot pekerja yang miskin idealisme dan kehilangan orientasi yang bersifat akherat dan ketuhanan.  Hal tersebut terjadi karena lembaga pendidikan tersebut tidak jelas platform ideologisnya.

Bukan bermaksud mempersamakan lembaga pendidikan dengan organisasi politik, akan tetapi terjadinya disorientasi di lembaga pendidikan, salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan perguruan tinggi Islam melahirkan sarjana dengan karakter mujahid yang menjadikan Islam dan jihad sebagai nilai yang elan vital dalam kehidupannya.

Oleh karena itu STIS Hidayatullah hadir untuk menjawab tantangan tersebut. Yakni dalam rangka mencetak sarjana yang berkarakter mujahid atau pemimpin sekaligus memiliki kualifikasi ulama.

Untuk mencetak sarjana dengan karakter mujahid yang akan berperan dalam pengabdian pada umat dan agama, maka institusi yang melahirkannya harus ideologis.

Dari proses yang sudah berjalan, di samping penajaman manhaj SNW melalui mata kuliah tertentu, proses sosio-kultural yang menjadi atmosfir pengkaderan di gunung tembak turut berperan dalam pembentukan karakter dan kepribadian keluaran STIS Hidayatullah Balikpapan.

Karena itu sisi keunggulan yang sudah dapat dinikmati oleh cabang-cabang Hidayatullah. Kebanyakan mereka memanfaatkan alumni STIS karena sikap militansi dan loyalitas pada proyek keumatan yang ada.

Sekalipun demikian, masih banyak kekurangan di sana sini yang masih harus diretas. Khususnya pada penguasaan ulumuddin, karena yang lebih banyak dibutuhkan umat saat ini adalah pencerahan dan syiar agama yang intens, untuk membendung arus bencana moralitas yang menerjang umat Islam saat ini.

Pada akhirnya, diperlukan semangat yang tinggi dari seluruh civitas akademika STIS Hidayatullah untuk mewujudkan visi dan misi besar yang telah ditetapkan. Wallahu A`lamu Bishawwab. */Abim Syam – Ketua STIS Hidayatullah

Share