Mencetak Kader, Menyemai Generasi, Membangun Peradaban

* oleh Abdurrohim

STISHID – Berangkat dari pepatah yang mengatakan “kalau ingin mendapatkan hasil yang bisa dinikmati dalam tempo hitungan bulan maka tanamlah singkong, kalau ingin mendapatkan hasil yang bisa dinikmati dalam hitungan tahun atau dekade maka tanamlah pohon rambutan, kalau ingin mendapatkan hasil yang bisa dinikmati selama berabad-abad maka tanamlah manusia.”

Salah satu pekerjaan besar di STIS Hidayatullah adalah mencetak kader. Tugas ini kongruen dengan visi besar Hidayatullah untuk membangun peradaban Islam, yaitu menjadikan iman Islam sebagai manifesto dalam segenap aspek kehidupan.

Pekerjaan mencetak kader dan menyemai generasi adalah konsekuensi logis dari proyek membangun peradaban. Karena peradaban dibangun di atas tiga unsur: manusia (SDM), tanah (lokasi atau wilayah), dan waktu. Unsur pertama dan kedua telah dipenuhi oleh STIS Hidayatullah, yang menjadikan kampus sebagai alat peraga peradaban iman, dan kampus untuk menggembleng mentalitas, akhlak, akidah, dan spiritualitas.

Unsur yang ketiga adalah waktu. Ini yang menjadi pekerjaan rumah yang berat buat STIS Hidayatullah, apakah selama ini sudah benar-benar efisien dalam penggunaan waktu ?, dan apakah waktu yang dipergunakan itu sejalan dengan misi dan ritme perjuangan dalam lembaga, sebagai harakah jihadiah?.

Membangun peradaban harus dimulai dari tiga marhalah, yaitu “mulailah dari yang kecil” (ibda` bi al-shagir), pekerjaan yang selama ini dianggap sepele seperti mencangkul, merintis, memikul batang pohon, merupakan pekerjaan para pendahulu dan perintis Hidayatullah, yang terus direplikasi hingga saat ini. Dan berbicara pengkaderan di Hidayatullah, adalah sejauhmana mujahadahnya pada pekerjaan yang bersifat misi kelembagaan.

Marhalah selanjutnya adalah “mulailah dari sekarang” (ibda` bil yaum). Artinya pekerjaan mencetak kader dan menyemai generasi, adalah warisan tugas dari perintis dan pendahulu Hidayatullah yang harus diteruskan dari sekarang. Tidak ada istilah esok untuk mengkader, karena kalau terlambat, zaman dengan bencana moralitasnya akan menggilas orang orang shalih dan generasi yang lahir setelahnya.

Marhalah ketiga adalah “mulailah dari diri sendiri” (ibda bi an-nafs). Lahirnya peradaban besar selalu dimulai dari sekumpulan orang yang berusaha untuk merubah dirinya. Peradaban apapun itu, baik yang dibangun di atas pandangan dunia (worldview) Islam, maupun pandangan dunia kapitalisme, seperti Amerika, Eropa Jepang, Korea. Ataupun pandangan dunia Sosialisme-Marxisme seperti Russia dan Cina.

Karenanya nilai dasar dari ketiga marhalah ini semestinya menjadi nafas yang selalu menjiwai setiap langkah dan mentalitas para sivitas akademika di STIS Hidayatullah. Karena tongkat estafeta, panji-panji risalah manhaj, dan infrastruktur kampus telah diserahkan dan diwariskan oleh generasi pendahulu, maka tidak ada pilihan lain, selain melanjutkan pekerjaan mencetak kader dan menyemai generasi.

Kalau dalam proyek peradaban ada generasi perintis, generasi pembangun, generasi pemuncak keemasan, generasi penikmat dan terakhir ada generasi penghancur. Maka paling tidak saat ini para insan pengader di STIS Hidayatullah adalah generasi pembangun, yang tanpa kenal lelah berusaha mewakafkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk melahirkan generasi emas yang akan menjadi generasi pemuncak peradaban Islam untuk yang kali kedua insya Allah. Wallahu A`lam Bishawwab. */Ketua STIS Hidayatullah

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp