Perguruan Tinggi Hidayatullah, Mesin Produksi Pemuda yang Faqih dan Muharrik

STISHID – Hingga kini, Hidayatullah telah memiliki setidaknya 5 Perguruan Tinggi yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Kelima Perguruan Tinggi tersebut yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lukmanul Hakim di Surabaya, Jawa Timur. Sekolah Tinggi Ilmu Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah di Depok, Jawa Barat. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Hidayatullah di Batam, Kepulauan Riau. Dan STIKMA Internasional di kota Malang, Jawa Timur.

Tulisan ini merupakan rangkuman dari pesan yang disampaikan Aep Syaefuddin, salah satu anggota Pengurus Pusat Hidayatullah dalam suatu kesempatan. Berikut beberapa kalimat inti yang coba dihimpun sebagai bahan perenungan kita semua.

Aep Syaefuddin membeberkan pentingnya produk kader asli lembaga yang lahir dari Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH). Sebab PTH merupakan mesin yang memproduk pemuda yang yang faqih dan muharrik dalam bidangnya yang perannya untuk membangun ummat.

Ditengah tengah kehidupan global, alumni PTH yang sudah tersebar di seluruh wilayah Nusantara, adalah bukti komitmennya dalam pembangunan peradaban Islam di bumi Indonesia. Tentunya hal ini tidak lepas dari proses tumbuh kembangnya pembangunan ummat Islam secara global.

Dengan demikian peran lokal para pemuda Hidayatullah khususnya alumni PTH yang berada di daerah Nusantara, sudah selayaknya menjadi bagian dari perubahan yang terjadi di dunia.

Karenannya, penguatan wawasan global menjadi penting dan prioritas. Hal ini untuk lebih mendewasan gerakan perubahan yang diusung, dan lebih mengeksiskan kebaradaannya sebagai muharik pembangunan peradaban di bumi Nusantara.

Sementara ini, untuk di akui di level dunia seperti masuk ke anggotaan WAMY XII di maroko, memang belum, apalagi sebagai nara sumber di acara tersebut. Sampai-sampai tahun ini tidak ada tokoh pemuda Indonesia yang menyumbangkan gagasan pembangunan peradaban Islam. Dan tentu untuk bisa diakui pemuda kita harus mempersyaksikan kiprahnya di bumi Nusantara ini baik dari gagasannya (mujtahid) maupun karyanya (muharrik).

Sebuah tantangan sekaligus peluang bagi pengusung perjuangan pembangunan peradaban.  Untuk itu, PTH, harus mampu meningkatkan kompetensi mahasiswanya, sekaligus institusiya. Serta melakukan konsolidasi para alumninya dan melakukan pembaharuan-pembaharuan peranan mereka untuk lebih berkibar peranannya. Karena bagaimanapun kampus PTH adalah ibu yang melahirkan mereka, sehingga kekuatan moril dan intelektual ini yang terus di gulirkan PTH. */Abdurrohim/STISHID

Share