STISHID – Panitia Pekan Rihlah Mahasiswa (PRM) STIS Hidayatullah bekerja sama Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) Wilayah Kalimantan Timur mengadakan Workshop Thibbun Nabawi pada hari Senin-Selasa (27-28/01/15).
Acara dengan tema “Sehat dengan Pola Hidup Rosulullah SAW” ini diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi STIS Hidayatullah serta beberapa warga pesantren yang diundang di tempat yang berbeda. Mahasiswa dan bapak-bapak diselenggarakan di Ruang Pertemuan Kantor Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah. Sedangkan mahasiswi dan ibu-ibu memilih Gedung Hijau STIS Hidayatullah Putri sebagai tempat penyelenggaraan.
Worshop yang berlangsung selama dua hari penuh ini dipandu langsung oleh Ketua Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) Kalimantan Timur, H. Sunhaji.
Materi yang disampaikan pria asal Jember ini meliputi Hijamah (Bekam), Gurah dan Pijat Refleksi. Selain disuguhkan materi, para peserta juga diberi kesempatan mempraktekkan langsung cara membekam yang baik dan benar. Termasuk didalamnya praktek gurah dan pijat refleksi.
Dalam pemaparannya, pria yang sangat intens mempromosikan bekam ini menyampaikan tatacara dan etika membekam yang baik dan benar sesuai dengan sunnah Nabi SAW. “Bekam itu punya etika. Terapis bekam (Orang yang membekam-red) haruslah orang yang memiliki akidah yang lurus. Karena Terapis dituntut tidak hanya bisa mengobati pasien, tetapi juga memiliki kewajiban menjaga akidah pasien dan mengingatkannya (pasien) untuk selalu mengingat Allah,” tuturnya.
“Etika inilah yang membedakan terapis bekan Thibbun Nabawi dan terapis bekam atau dokter yang lain,” ujarnya dengan suara lantang.
Workshop Thibbun Nabawi ini merupakan salah satu dari rangkaian agenda Pekan Rihlah Mahasiswa (PRM) STIS Hidayatullah pasca ujian semester ganjil beberapa waktu yang lalu.
PRM sendiri merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan STIS Hidayatullah yang dilimpahkan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai penyelenggara.
Pembantu Ketua III, Herianto Muslim, MEI menjelaskan, maksud dari adanya PRM ini merupakan upaya STIS Hidayatullah menfasilitasi mahasiswa selama liburan akademik. Sebab meskipun libur, tidak ada perizinan bagi mahasiswa maupun mahasiswi untuk pulang atau berlibur di kampungnya. Ujarnya.
“Ini sudah menjadi tradisi yang telah dipahami oleh sivitas akademika STIS sejak perguruan tinggi ini ada,” tuturnya.*/Ibnu Sahl/Stishid