Je Suis STIS

STISHID – Jonny Buckland hanyalah gitaris ndeso. Ia biasa mentas bersama band bernama Coldplay, sebuah band lokal yang letaknya nun jauh di pelosok negeri Ratu Elizabeth.

Oh ya, buckland itu pernah bilang begini: “tottenham adalah cermin tim paling membumi, kadang ia di atas kadang ada di bawah.”

Untuk urusan cinta kepada pemain atau klub bola memang terkadang unik (catatan: cinta kepada pemain atau klub bola, dibaca: suka kepada pemain atau klub bola) sedikit yang tahu menjawab, apa alasan mendukung dan suka kepada pemain fulan dan klub fulan ? “ya suka-suka aja.” ini jawaban yang menjadi lazim didengar. Ah, cinta itu (selalu) sulit dibahasakan memang.

Kalo ada yang nge-fans ama Messi ama Barcelona, itu lumrah terjadi. Kalo ada yang fanatik ama hala madridista, itu bukan cerita baru bagi kanak-kanak. Atau bertemu dengan manchunian (fans Manchester United) berbaju merah menyala di keramaian. Fenomena itu juga ada di pasar Gunung Tembak atau di kebun karet Gunung Binjai.

Tapi seorang Buckland yang memuja klub semacam spurs. Apalagi dengan alasan karena membumi dan bukan karena melangit. Ah, izinkan ane sekali lagi berkata.cinta itu memang unik

Lupakan kota Tottenham sebagai home base klub Tottenham Hotspur. Apalagi
ama si Buckland, gitaris ndeso itu. Sebab penulis tidak sedang membahas si kulit bundar itu, tapi ane ingin mengajak menerawangi setiap jengkal langit-langit kampus STIS Hidayatullah. Atau pada setiap jejak jemari kaki yang terpahat di sana.

Mungkin ia tak semegah kampus UIN di seluruh negeri yang seketika barisan kampus IAIN itu disulap gagah menjulang ala UIN. STIS Hidayatullah pastinya tak se-elit kampus biru Lipia Jakarta. yang meski bersandal berkampus, tapi mahasiswa Lipia lihai memencet tombol lift di kampus.

Dan jangan coba bandingkan STIS Hidayatullah dengan kampus elit internasional ala International Islamic University of Malaysia (IIUM) di negeri jiran upin ipin misalnya. STIS  juga jelas kalah pamor dengan Universitas Islam Madinah atau populer dengan sebutan Jamiah Islamiyah.

Kata orang, banyak alasan untuk jatuh cinta. Sebagaimana banyak cara (mengekspresikan) jatuh cinta itu. Tanyakan kepada para peserta pernikahan mubarakah lalu, sepanjang yang engkau mau, sederet itu pula jawaban yang kamu dengar

(Sekali lagi) banyak alasan untuk jatuh cinta, termasuk kepada STIS Hidayatullah. Mari tengok ucapan Hidayat Jaya Miharja, seorang pengajar stis. “kawan-kawan dosen ini sebenarnya mengerjakan pekerjaan yang bergaji  belasan atau puluhan juta per bulan kalo dibanding di luar. Namun kawan-kawan tetap bersahaja menerima natura yang sangat sedikit,” ujar hidayat mengomentari kinerja dan idealisme para dosen STIS.

Menurut Hidayat, kantor STIS termasuk menempati rating tertinggi perihal kantor teraktif di lingkungan kampus Gunung Tembak (Hidayatullah Balikpapan). Sebelum Subuh, setelah Subuh, pagi hingga Dzuhur, Dzuhur sampai Ashar, Ashar sampai Maghrib, Isya sampai separuh malam dan seterusnya. Selalu ada aktivitas kantor dan urusan mencetak kader di sana.

Mengapa bisa begitu? Ah, ini pertanyaan yang sulit menjawabnya. Sebagaimana kisah seorang Buckland di atas yang lebih memilih Spurs sebagai klub kesayangannya daripada Arsenal atau Chelsea, bahkan MU atau City sekalipun.

Cukuplah ana ulang, banyak alasan jatuh cinta itu. tapi kalo memang dipaksa, boleh jadi ini sesedikit jawaban itu.

Setidaknya bagi yang tetap penasaran dengan sebuah jawaban sebab STIS itu mengajarkan makna kesahajaan. Tak ada sekat sosial antara dosen dan mahasiswa, sebab STIS itu mengajarkan makna kekompakan. Kompak berbalut ukhuwah.bukan bersatu berbatas kepentingan.

Sebab STIS itu mengajarkan makna dedicated full. Ia bernama totalitas tanpa syarat dan bukan basa basi. Sebab STIS itu mengajarkan makna kelapangan, semua potensi terayomi.baik dosen apalagi mahasiswa.

Sebab STIS itu mengajarkan makna pahala yang melipat mengalir. Itu ada pada proyeksi perkaderan yang tak pernah surut apalagi layu. Setiap waktu terlahir kader dakwah dan itu berputar tak kenal waktu. Sebab STIS itu mengajarkan makna orientasi ukhrawi. dan ini di atas segalanya bagi seorang kader.

Bahwa fakta kualitas alumninya masih menjadi ratapan orangtua dan sesepuh lembaga Hidayatullah. Alhamdulillah, STIS bersyukur ada yang mengingatkan tentang hal itu. Sebab sejatinya ia pun baru berusia jagung. Angkatan alumninya baru sejumlah delapan urut.

Alhamdulillah, hal itu jadi deraan yang menderu.terasa sakit tapi ia obat.wajib diminum sampai tuntas.

Boleh jadi halaman kampusnya hanya menyisakan pemandangan danau tertimbun

Boleh jadi yang tampak adalah keangkuhan eskavator dengan gigi taring bajanya itu

Boleh jadi kampusnya lebih dominan buram daripada hijau sebagai warna kebanggaannya

Boleh jadi banyak balok dan semen berserak tak rapi, sebagai tanda kampusnya pun belum sempurna dibangun.

Tapi bagi STIS hidayatullah

Tapi bagi alumni kebanggaannya.

Tapi bagi mahasiswa/i harapannya

Semua itu menjadi bukti dan saksi bahwa STIS tidak pernah diam. Sebab berkah itu didulang dengan mujahadah dan doa.

Yup, ujahadah dan doa dari sekalian sekawan

Dari aku, engkau, dan dia */ulil albab corner (Masykur Suyuti)

Spesial thanks to:

– Dosen-dosen stis hidayatullah
– Para alumni dan kader stis di seluruh pelosok negeri
– Para mahasiswa/i yang sedang menikmati sekeping episode terindah dalam hidupnya

Mari bangga selaku kader STIS Hidayatullah
Mari selalu berbenah diri untuk umat yang menanti.

*/Kado dari Ustadz Masykur Untuk para Alumni, Mahasiswa dan Dosen

Baca juga kado yang lain:

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp