Generasi Emas Lahir dari Guru Berjiwa Emas

STISHID – Kaisar Jepang setelah Negaranya hancur oleh Bom di Hiroshima dan Nagasaki, beliau termenung untuk kemudian menyuruh pengawalnya untuk memanggil guru. Pengawalnya bertanya, “Kenapa bukan teknokrat yang dipanggil untuk membangun negeri ini?,” “Tidak” kata Kaisar.
Kemudian pengawal bertanya lagi, “Kenapa bukan militer yang dipanggil untuk membalas  Amerika yang telah meluluh lantahkan negeri ini?” Kaisar Jepangpun menjawab “Tidak”.

Selanjutnya pengawal itu mempertanyakan lagi, “Kenapa bukan pakar ekonom yang dipanggil membenahi ekonomi negeri ini?” Maka Kaisar itupun juga menjawab, “Tidak”
Kaisar itu menjelaskan kepada pengawalnya, “ Di tangan gurulah negeri ini bisa bangkit untuk mengajari generasi-generasi dan masa depan negeri ini di tangan para guru”

Kaisar Jepang berjiwa visioner dalam melihat masa depan. Pendidikan dengan gurunya adalah kunci untuk membangun bangsa ke depan. Di tangan guru, akan lahir generasi-generasi masa depan untuk membangun bangsa.

Hari ini terbukti, Jepang bisa bangkit dari bom Nagasaki dan Hirosima. Bahkan Jepang bisa bersaing dengan bangsa yang telah meluluh lantahkan yaitu Amerika. Dengan guru banyak lahir pemikir, teknokrat, militer dan ekonom lahir lebih cerdas dan lebih unggul dalam rangka membangun negeri Jepang.

Guru  bisa melahirkan generasi emas karena guru berjiwa emas. Kompetensi dan komitmen yang berpadu dengan kesantunan adalah prasyarat menjadi guru berjiwa emas. Kompetensi guru yang unggul dengan keahlian dan skill melalui uji kompetensi unggul. Komitmen guru adalah lahirnya generasi bukan sekedar mencari gaji tinggi.

Bangsa ini harus belajar dari bangsa Jepang yang menempatkan guru pada tempat yang mulia. Penempatan secara struktural maupun kultural harus dilindungi oleh undang-undang dan ditingkatkan kualitasnya oleh kebijakan negara.

Bagaimana dengan negeri kita?  Tidak perlu menunggu undang-undang dan kebijakan dari para pengambil kebijakan negeri ini kalau mau menjadi guru malaikat, sebab nanti akan kecewa dan  cenderung apatis. Lakukan sebisa mungkin dari diri sendiri dan sekarang juga untuk menjadi guru sejati. Wallahu a’lam bish shawwab.

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp