Program Up Grading Tahsin Bagi Dosen

Stishid.ac.id- Perintah al-Qur’an untuk membaca dengan tartil sangat jelas bagi orang-orang yang beriman. Membaca dengan tartil adalah memberikan hak huruf-huruf al-Qur’an secara makhroj, sifat, panjang pendeknya dengan benar. Sebab pembacaan al-Qur’an yang tidak benar akan mempengaruhi arti dari al-Qur’an itu sendiri.

Al-Qur’an yang berbahasa Arab, sementara kita sebagai orang non Arab tentu ada kesulitan sendiri dan memerlukan proses pembelajaran dan latihan yang intensif untuk pengucapan secara benar. Maka membaca al-Qur’an adalah wajib maka belajar membaca al-Qur’an dengan benar juga menjadi wajib juga.

Oleh sebab itu, STIS Hidayatullah Balikpapan yang mengusung al-Qur’an sebagai mata kuliah wajib juga memproses diri dari para dosennya untuk bisa membaca al-Qur’an dengan tartil. Artinya dosen sebagai pendidik harus menjadi teladan dan mempelopori dalam pembelajaran al-Qur’an.

Sehingga sepekan ada dua kali pertemuan dosen STIS Hidayatullah diadakan yang dikhususkan untuk belajar tahsin. Hari selasa khusus untuk dosen putri dan beberapa guru dari unit pendidikan lain yaitu MA, Mts, Tahfidh Putri dengan mengirimkan khusus guru tahsinnya. Kemudian untuk hari Rabu, khusus dosen putra di tambah dengan jamaah masjid ar-Riyadh yang sudah berjalan sejak sebelum Ramadhan.

Ustadz Syaiful Anwar, Lc, MA. alumni Universitas al Iman Yaman yang dipilih oleh  Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pengabdian Masyarakat (LP3M) STIS Hidayatullah sebagai penyelenggara sebagai Murobbi tahsin bagi para dosen. Ustadz yang menjadi imam masjid di Perumahan Sepinggan Pratama ini merupakan satu-satunya mahasiswa Indonesia yang diterima di program Qiro’ah Qur’an Universitas al-Iman Yaman. Selain itu, ustadz yang kesehariannya aktif menjadi pembina di lembaga-lembaga tahfidz ini merupakan seorang hafidz yang telah mendapatkan sanad, bahkan ada 4 jalur sanad yang telah diperoleh beliau.

Alhamdulillah dengan kerja keras dan keistiqomahan, ada proses untuk menuju perbaikan dalam pembacaan al-Qur’an. Ketika para dosen pengajar sudah paham dan bisa tahsin maka target berikutnya adalah seluruh mahasiswa harus membaca al-Qur’an dengan standar tartil.

Program al-Qur’an ini berdimensi dunia akherat, artinya bukan karena kuliah di STIS Hidayatullah tapi ini adalah tuntutan keimanan kita kepada al-Qur’an. Tentu ironis sebagai seorang yang berjuang di jalan Allah tapi tidak serius dalam mempelajari kitab suci Allah yaitu al-Qur’an. Di sanalah inti ajaran, petunjuk, rahmad Allah akan berikan.

Sudah sangat mafhum bagi kita bahwa jatuh dan jayanya umat Islam itu tergantung sikapnya terhadap al-Qur’an. Dan kelak di hari kiamat al-Qur’an akan menjadi penolong bagi orang-orang yang bersahabat dan intens dengan al-Qur’an. Semoga program ini tetap istiqomah dan tidak ada pembatasan waktu sampai kapan, idelanya sampai para dosen bisa mendapatkan sanad qiro’ah biar ada standar yang diakui oleh ulama.*/Abdul Ghofar Hadi/Dosen STIS Hidayatullah

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp