Naspi Arsyad : Memilih Jalan Dakwah Berarti Siap Berjuang

STISHID – Dakwah membutuhkan kerja yang rapi dan professional. Tidak boleh dikerja asal-asalan apalagi sekadar sambilan atau di sisa waktu. Untuk itu dakwah membutuhkan persiapan yang matang. Salah satunya dengan menuntut ilmu sebelum terjun berdakwah di masyarakat.

Demikian paparan yang disampaikan anggota Dewan Muzakarah Hidayatullah, Ustadz Naspi Arsyad, saat memberi pembekalan dan pencerahan dalam Pekan Motivasi yang digelar di Aula Asrama “Hasanah Lukman” Kel. Teritip Balikpapan, Kalimantan Timur, baru-baru ini.

“Pemimpin itu peduli, bertanggung jawab, dan punya visi jauh ke depan”


Di depan ratusan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah yang berkumpul, Naspi Arsyad juga mengingatkan tentang konsekuensi syahadat yang terucap selalu dari lisan seorang Muslim. Khususnya berkait dengan kewajiban ibadah dan mengamalkan agama ini. “Paling sederhana, adalah menjadikan hidup Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai teladan dalam hidup sehari-hari,” ucap ustadz jebolan Universitas Islam Madinah (UIM) ini.

Tokoh muda yang Kalimantan Timur (Kaltim) tersebut lalu mengurai bahwa untuk menjadikan dakwah sebagai jalan hidup, itu berarti harus membenahi visi hidup terlebih dahulu. “Jalan dakwah itu tidak mudah. Dia jalan sunyi. Tidak banyak yang menyukainya apalagi mau menjalaninya.” Ucapnya. “Memilih hidup dakwah berarti memilih hidup penuh perjuangan dan pengorbanan,” Tegas Naspi kembali.

Langkah pertama, lanjut Naspi, kurangi baperan dan segera ambil peran kebaikan. Apapun itu. “Urusannya bukan besar kecilnya pekerjaan. Tapi panggilan untuk ikut kontribusi,” Terang Naspi. Sebab menurutnya, manusia kebanyakan adalah suka kebaikan untuk diri sendiri saja. Merasa nyaman dengan pribadi dan tak peduli dengan orang lain. “Namanya shaleh li nafsihi saja,”

Ada juga yang shaleh li ghairihi. Kebaikannya bisa dirasakan oleh orang lain. Sedang puncak takwa manusia ketika ia bisa memperbaiki dirinya sendiri dan orang lain sekaligus. “Orang itu bisa memberi pengaruh positif. Menguatkan kebenaran dan kebaikan serta mengurangi keburukan dan maksiat di masyarakat,” paparnya panjang lebar.

Terakhir, Naspi Arsyad menutup motivasinya dengan mengutip satu idealisme KH. Abdullah Said Rahimahullah. Bahwa Pendiri Hidayatullah tersebut tidak mengajarkan para kadernya untuk mencari jabatan atau gila kedudukan. Tapi dia mengajarkan apa itu karakter pemimpin yang Qur’ani. “Pemimpin itu peduli, bertanggung jawab, dan punya visi jauh ke depan,” pungkasnya menutup. *Tim Jurnalistik Mahasiswi

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp