Ketika Pasangan Gila Bola

“Bola itu sudah hobiku sejak kecil, ummi. Kalau gak main bola rasanya badan jadi pegal,”

“Iya tapi gak harus setiap hari kan, abi? Anak kita kecil- kecil, kerjaan di rumah menumpuk. Mau masak, mau nyuci, jadi kapan abi bisa bantu?”

Bukan sekali aku mendapati sekelompok ibu-ibu yang saling curhat tentang kegemaran suami terhadap si kulit bundar alias bola.

Sejak zaman masih bermain di atas lapangan becek secara gratis sampai ke lapangan futsal dan harus merogoh kocek dahulu.

Ragam komentar dicurahkan. Mulai yang disampaikan serius hingga menjadi candaan yang menghibur semata.

Sebab terkadang di antara mereka ada yang mendapati suami yang mesti “kucing-kucingan” dengan istri dan anak-anak sebelum meninggalkan rumah.

Adapula yang nyaris tidak ketahuan cuma ternyata suami masih meninggalkan jejak berupa sejumlah pesan singkat di handphonenya.

Sebagian suami bahkan menganggap, mengurus perizinan untuk bermain futsal atau menonton siaran sepakbola sama halnya dengan menyiapkan diri  untuk mendengar kuliah singkat dari istri di rumah.

Fenomena di atas biasanya terjadi jika suami gandrung bermain atau menonton pertandingan sepakbola sedang istri seolah tak mau tahu dengan urusan tersebut.

Sebab baginya, ada begitu banyak pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan sedang bermain atau menonton pertandingan sepakbola hanya dianggap buang-buang waktu saja.

Dikabarkan tak sedikit pasangan rumah tangga lalu bertengkar hanya gara-gara urusan sepele seperti di atas.

Tentunya tak ada pasangan yang memilih bersengketa dalam bahtera rumah tangganya. Umumnya manusia mendamba keluarga damai, harmonis bahkan romantis bersama anggota keluarga lainnya.

Kalaupun realitasnya persoalan itu muncul di tengah keluarga, maka idealnya ia harus segera diselesaikan secara bersama agar tak menyulut sumbu berikutnya yang lebih besar.

Untuk itu hal terpenting di dalam keluarga adalah menjaga komunikasi dengan berpijak kepada visi keluarga yang telah disepakati sebelumnya di awal pernikahan.

Hindari saling menyalahkan sepihak sebab demikian itu tak jarang hanya memicu tensi pembicaraan berubah menjadi pertengkaran.

Apalagi kalau sudah menuduh istri yang terlalu egois dan tak paham terhadap hobi suami. Atau menganggap suami terlalu fanatik terhadap sepakbola alias gila bola (gibol).

Sekali waktu, ajaklah suami atau istri dan anak-anak untuk jalan-jalan ke sebuah taman di sekitar rumah, misalnya.

Meski tempat bukan soal utama, jelasnya silakan mengobrol ringan dengan pasangan. Hindari percakapan yang terkait dengan segala rutinitas pekerjaan selama ini.

Usai menyantap makanan ringan yang dibawa, silakan masing-masing pasangan mengajukan pertanyaan dan harapan terkait masalah yang dihadapi.

Sebab pasangan yang gibol hanyalah satu contoh di antara deret masalah yang melingkupi keluarga selama ini.

Pastikan setiap pasangan menjadi pendengar yang baik. Hindari menyela apalagi memotong pembicaraan orang lain hanya karena merasa tidak setuju atau tak senang dengan ucapan tersebut.

Selanjutnya mari saling memafkan dan mendoakan pasangan dan seluruh keluarga. Sebab tak sedikit persoalan rumah tangga itu timbul hanya karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik di tengah mereka.

Terakhir, tutuplah bacaan sederhana tersebut dengan membaca beberapa ayat al-Qur’an untuk melembutkan hati dan perasaan masing-masing pasangan.

Yakinlah, jika setiap pasangan bisa saling memahami dan menguatkan maka komitmen tersebut Komunikasi dan komitmen  niscaya akan melahirkan ketenangan di dalam keluarga.

Allah berfirman:

“Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabbmu Maha melihat.” (Al-Furqan [25]: 20) */ Kiriman Mujtahidah, S.H.I, Alumni STIS Hidayatullah

Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp