STISHID — Meski jumlah dai yang berkumpul saat ini mencapai seribu orang lebih, tapi angka tersebut belum sebanding dengan kebutuhan dakwah penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 200 juta lebih. Olehnya para dai dituntut harus berkualitas dengan kemampuan yang kapabel. Harapan itu disampaikan oleh Ustadz Usman Asy’ari, salah seorang kader senior Hidayatullah, di sela kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah, beberapa waktu lalu.
“Diharapkan setiap pendakwah menampilkan amalan dan karya terbaiknya. Sebab itulah yang Allah kehendaki,” Ungkap Usman sambil mengutip surah al-Mulk [67]: 2 yang berarti berikut ini; “(Allah-lah) yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya. Dia adalah Al ‘Aziz (Maha Perkasa) Al Ghafur (Maha Pengampun).”
Diketahui, acara Munas IV Hidayatullah berlangsung selama empat hari (7-10/11/2015) yang dipusatkan di masjid ar-Riyadh, Balikpapan. Berdasar informasi yang dihimpun dari panitia, sejumlah 2000 dai hadir menyemarakkan kegiatan musyawarah tersebut. Mereka semua tersebar di berbagai penjuru tanah air dan terhimpun dalam gerakan dakwah Hidayatullah.
Menurut Usman, dengan pemahaman ayat di atas, kehidupan manusia di dunia tak lain untuk menampilkan amalan terbaik yang berkualitas. Terlebih pekerjaan para juru dakwah adalah profesi dan amanah yang sungguh mulia. Yaitu mengajak orang lain kepada kebaikan dan kebenaran sebab sebagian manusia saat ini lalai terhadap agama dan Penciptanya. “Mari saling menguatkan untuk istiqamah menjadi dai yang mengajak orang bertauhid,” Ucap Usman bersemangat. “Di sana ada ganjaran pahala dan keutamaan yang melimpah bagi pengajak kebaikan,” Imbuh Usman kembali.
Nabi bersabda, “Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun juga.” (HR. Muslim).
Terakhir, Usman Asy’ari mengutip kembali pernyataan Pimpinan Umum Hidayatullah, KH. Abdurrahman Muhammad, bulan Ramadhan silam. KH. Abdurrahman berpesan, jika saudara-saudara seiman di Timur Tengah berjuang menegakkan agama dengan mengangkat senjata, maka apa perjuangan kita di sini? Perjuangan umat Islam di sini tidak lain adalah bangun shalat lail, berdoa, dan berdakwah mengajak umat. “Semoga seluruh juru dakwah Islam di manapun berada senantiasa diberi kesehatan, kemampuan serta kekuatan menjadi dai-dai yang berkualitas dan diridhai oleh Allah Ta’ala,” Ucap Usman berharap. */Dokumen STIS Hidayatullah