STISHID — Masa tenggang perkuliahan yang vakum sepekan selama Hari Raya Idul Adha 1436 H telah berlangsung sejak tanggal 23-27 September 2015 kemarin. Selama masa libur tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mendapatkan amanah dari manajemem STIS, dalam hal ini Bidang Pengkaderan dan Kemahasiswaan STIS Hidayatullah untuk mengisi kegiatan yang berdampak positif kepada mahasiswa.
Menanggapi amanat tersebut, Selama pekan Tasyrik yang mengangkat tema “Senyum Idul Adha” tersebut, Pengurus BEM STIS Hidayatullah telah melaksanakan beberapa kegiatan sesuai amanat yang diberikan tersebut. [Baca : Senyum Idhul Adha].
Dalam Pantauan media ini, setidaknya fokus kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu Pra dan Pasca Idul Adha. Dan untuk lebih menyukseskan kegiatan yang ada, Pengurus BEM telah menggandeng beberapa instituti untuk diajak kerja sama.
Pra Idhul Adha
Daurah Ilmiah dan kerja bakti menjadi dua agenda pra Idul Adha. Daurah Ilmiah dengan tema “Menyambut Kemenangan di Hari Kurban” tersebut diampu oleh ustadz Ahmad Rifa’i. Lc, salah seorang Anggota Majelis Mudzakaroh Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.
Pada daurah kali ini, fokus kajian yang dibahas oleh usatdz Rifa’I yaitu seputar tata cara berqurban sesuai dengan syar’i.
Dalam pantauan media ini, tampak seluruh mahasiswa begitu antusias mengikuti kegiatan daurah tersebut.
“Kami merasa terbantu dengan kegiatan ini. Sebab kami yang masih baru belajar syari’at kurban merasa mendapat pengetahuan yang lebih rinci tentang tata cara kurban. Apalagi kami akan dilibatkan dalam kepanitian kurban Pondok Pesantren hidayatullah,” Ujar Nasikhin, mahasiswa asal Lampung yang saat ini duduk di semester I.
Selain dauroh, kegiatan pra kurban ini juga diisi dengan kerja bakti penataan Kampus Hidayatullah Balikpapan. Dalam hal ini, mahasiswa mendapat instruksi langsung dari Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah.
Pasca Idhul Adha
Disaat Idul Adha, sebagian mahasiswa diberi amanahkan menjadi Khotib dan Imam Idhul Adha di pinggiran kota Balikpapan dan pedalamanan kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Menjadi Khotib dan Imam telah menjadi agenda rutin tahunan mahasiswa STIS yang bekerja sama dengan Dakwah Center Ulul Albab Balikpapan. Bentuk kerja sama yang dijalin sejak tahun 2004 ini yaitu program Dai Pinggiran yang menjadi program unggulan Dakwah Center Ulul Albab.
Selepas pelaksanaan sholat Id, seluruh mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan penyembelihan hewan kurban. Harus diakui, Meskipun mereka belum bisa berkurban karena belum memiliki penghasilan atau pendapatan sendiri, tapi ada kontribusi riil pada peringatan hari raya kurban tahun ini. [Baca : Menyembelih Sebagai Mata Kuliah Nyata]
Biasanya mahasiswa hanya berpartisipasi untuk menyembelih dan mendistribusikan hewan kurban milik dosen-dosen STIS Hidayatullah. Itupun jumlah hanya dua ekor dan tidak semua terlibat, sebagian besar hanya menonton saja atau menikmati satenya.
Namun untuk tahun ini, atau sama seperti tahun sebelumnya, hampir semua mahasiswa STIS Hidayatullah termanfaatkan untuk membantu penyembelihan hewan kurban yang diminta oleh Institut atau masyarakat sekitar. Di kepanitiaan Pesantren Hidayatullah diutus 11 mahasiswa, di Telkom meminta 4 tenaga, ada ada juga di SIT Karang Bugis, masjid binaan Hidayatullah, dan tempat yang lain.
Panitia setempat sangat terbantu dengan keberadaan mahasiswa STIS Hidayatullah dalam penyembelihan, salah satunya adalah pengakuan Sugiono, Ketua panitia kurban Pesantren Hidayatullah Balikpapan.
“Kami selalu memanfaatkan tenaga dari teman-teman mahasiswa (STIS Hidayatullah). Sebab mereka ini sangat amanah, selain itu, mereka juga kuat-kuat, tidak takut dengan sapi dan mudah untuk diatur,”ujar Sugiono
Namun sebagian mahasiswa juga diamanahkan untuk menyembelih dua ekor sapi hasil dari patungan para Dosen STIS Hidayatullah [Potong Hewan Kurban dengan Potong Gaji].
Sementara itu, Wakil ketua III STIS Hidayatullah Balikpapan, Herianto Muslim sangat mengapresiasi setiap agenda yang diselenggarakan oleh Pengurus BEM selama pekan Tasyrik tersebut.
“Kegiatan-kegiatan tersebut (pekan tasyrik) merupakan ‘perkuliahan lapangan’ yang tidak didapatkan di kelas. Dimana manfaatnya sangat dirasakan oleh mahasiswa khususnya, dan civitas STIS Hidayatullah umumnya. Yang paling utama adalah mereka (mahasiswa) telah mendapatkan ilmu dan skill (keahlian khusus) selama mengikuti kegiatan tersebut. Khususnya proses menyembelih, menguliti, dan yang lainya pada saat penyembelihan.”
Hal ini, menurut Herianto, sejalan dengan harapan STIS Hidayatullah kepada mahasiswanya yang bukan hanya suskes di bangku perkuliahan saja, tapi juga mampu aktif berkreasi dalam melakukan kegiatan nyata lapangan.
Menurutnya, dengan dua hal tersebut, maka harapan agar mahasiswa mampu survive(bertahan hidup) di medan dakwah Insya Allah dapat terwujudkan. */ Ibnu Sahl / STISHID
Berita ini juga dapat dibaca melalui Android. Segera Update aplikasi STISHID untuk Android . Install/Update Aplikasi STISHID Android Anda Sekarang !