Berangkat dari Kerisauan Tentang Peradaban Islam

STISHID – Seperti apakah model peradaban Islam ? Berikut ini merupaka resume taklim yang disampaikan ustadz Abdul Qowi, MM di Masjid ar-Riyadh Balikpapan beberapa waktu lalu.

Apa sebenarnya ukuran dari peradaban Islam? Kalau ukurannya adalah keberhasilan modern, maka Dubai menjadi rujukan model peradaban Islam. Karena di sana semua diatur dengan peralatan super peradaban. Tapi Dubai bukanlah  model peradaban Islam.

Kalau ukurannya adalah persenjataan canggih, maka Iran dan Pakistan menjadi model peradaban Islam. Karena kedua negara tersebut  memiliki nuklir yang disegani oleh dunia internasional. Tapi keduanya belum bisa menjadi cermin peradaban Islam.

Kalau ukuran adalah kemakmuran ekonomi, maka Arab Saudi dan Brunei Darussalam adalah jawabannya. Sebab kedua negara itu memang terkenal dengan ekonomi yang melimpah. Tapi kita tidak sepakat kalau keduanya disebut sebagai model peradaban Islam.

Kalau ukuran peradaban Islam dilihat dari jumlah umat Islam yang banyak dalam satu negara. Tidak ada yang membantah,  Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduk muslimnya terbesar di dunia. Tapi tidak ada yang berani mengatakan Indonesia disebut negeri peradaban Islam.

Kalau ukuran peradaban adalah kepintaran dan kedisiplinan saja, maka Jepang dan Korea merupakan wujud nyata model tersebut. Tetapi tetap saja keduanya bukan model peradaban Islam. Bahkan kedua negara tersebut menduduiki peringkat tertinggi yang paling banyak angka bunuh diri dan stres penduduknya.

Peradaban Islam yang terbaik adalah di kehidupan di zaman Rasulullah SAW. Itulah sebaik-baiknya model peradaban dan menjadi rujukan kita.

Pertanyaannya, apakah di zaman Rasulullah SAW kehidupan penduduknya penuh dengan Modernitas ? Jawabannya tidak, bahkan semuanya penuh dengan kesederhanaan, masih manual manual dan tradisional.

Apakah di zaman Rasulullah SAW sistem persenjataan kota Madinah adalah yang tercanggih ? Jawabannya adalah tidak. Pada saat itu persenjataan kaum muslimin tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh pasukan romawi dan persia.

Apakah jumlah kaum muslimin yang hidup di zaman Rasulullah SAW adalah yang terbesar ? Sedangkan pada saat haji wada’ umat Islam baru berjumlah 10 ribu jiwa saja.

Apakah kehidupan ekonomi kaum muslimin di zaman Rasulullah SAW dipenuhi dengan kemakmuran ekonomi yang melimpah ? Sedangkan yang kaya pada saat itu hanya beberapa sahabat saja, kebanyakan orang miskin, faqir, yatim dan terlantar.

Intinya, ukuran peradaban Islam bukan dilihat dari kacamata materi atau fasilitas dunia. Tapi ukurannya adalah dunia akherat. Yaitu saat syariat Allah sudah banyak dilaksanakan dan kemaksiatan bisa dieliminir seminimal mungkin.

Untuk bisa seperti itu, kehadiran ulama sebagai pewaris risalah Nabi harus sebanding dengan jumlah umat untuk dibimbing.

Perbandingan ulama atau ahli agama di zaman rasulullah adalah 120 dibanding satu. Setiap 120 maka satu diantaranya adalah seorang peenghafal dan ulama.

Bandingkan dengan era sekarang ini. Perbandingan umat Islam di dunia berapa jumlahnya ? Sekarang ini sudah berapa jumlah ulama di Indonesia ?

Lebih terperinci lagi, sudah berapa jumlah ulama yang dimiliki oleh Hidayatullah dibanding zaman Rasulullah ?

Ulama yang dimaksud di sini tentunya adalah ulama yang sudah sinkron antara iman, ilmu dan amal nya. Bukan ulama karbitan, ulama pesanan atau ulama simbolik saja.

Maka berdirinya dan didirikannya STIS Hidayatullah dan Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH) serta sekolah-sekolah di Hidayatullah salah satu fungsi utamanya adalah untuk melahirkan ulama yang berjiwa mujahid. Pemimpin yang berkapasitas ulama. */Abu Yasin/Stishid

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp