Mushida: Mahasiswi Harus Lebih Dini Menyerap Problematika Keumatan

STISHID – Mencari ilmu sesungguhnya untuk lebih mengenali Sang Pencipta dan kedudukan manusia sebagai hamba. Karena itu, semangat menuntut ilmu dalam rangka mempertebal keimanan kepada Allah. Sebab sumber ilmu adalah Allah Subhanahu Wata’ala.

Demikian salah satu materi tentang ‘Konsep Ilmu’ yang disampaikan malia Husna Bahar dalam kegiatan ‘Training Guru Pendidikan Anak Usia Dini’ (PAUD) Muslimah Hidayatullah, beberapa waktu lalu.

Acara yang digelar selama tiga hari tersebut dihadiri sekitar 100 orang guru PAUD yang menyebar di berbagai daerah binaan dakwah Hidayatullah se-Kalimantan Timur.

“Guru yang memiliki kesadaran tersebut akan terdorong untuk mengajar dengan baik dan penuh semangat,” ungkap Amalia, yang biasa disapa Ibu Yuyu ini menjelaskan.

Selaku hamba dan khalifah di bumi, manusia dituntut melakoni peran guru dengan orientasi yang benar.

Masih menurut Ibu Yuyu, peran guru sangat penting dalam mengarahkan pendidikan dan pembinaan karakter anak didiknya.

“Apa jadinya pendidikan bila ternyata guru itu sendiri yang bermasalah?” Ujar Ibu Yuyu bertanya.

Kegiatan training diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Muslimah Hidayatullah (Mushida) Kalimantan Timur dengan menggandeng Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Putri.

Mushida berharap, para mahasiswi sejak dini mampu menyerap dan memahami realitas dakwah serta problematika keumatan.

“Kegiatan semacam ini layak diikuti oleh para mahasiswi. Sebab nantinya merekalah yang terjun berdakwah di tengah masyarakat,” papar Sholihah, Pengurus PW Mushida Kaltim.

Selain menghadirkan instruktur dari Pimpinan Pusat (PP) Mushida, training yang membidik tema “Mendidik Dengan Manhaj Nabawi Untuk Membangun Peradaban Islam” ini juga dihadiri oleh dr. Neni Moerniaeni, SpoG, seorang tokoh perempuan Kaltim.

“Kita semua harus berjuang, karena sejak terlahir manusia sudah dikenalkan dengan arti perjuangan,” ucap Bunda Neni, panggilan akrab istri Andy Sofyan Hasdam, mantan Wali Kota Bontang tersebut.

“Bagi wanita, menjadi seorang pendidik bagi keluarga, itulah kebanggaan sekaligus pengorbanan mereka,” imbuh Bunda Neni kembali.

Bunda Neni berharap, pelatihan dan training semacam ini bisa menghasilkan para pendidik yang visioner.

Guru yang tak hanya mentrasfer pengetahuan semata, tapi juga mampu mentrasformasi idealisme dan akhlak yang baik kepada murid-muridnya.

“Berilah manfaat sebesar-besarnya kepada anak didik kita. Sebab merekalah pewaris masa depan dakwah dan perjuangan ini,” terang Neni.

Bagi STIS Hidayatullah Putri, berbagai acara Mushida yang biasa digelar di kampus Gunung Tembak, Balikpapan ini memberi berkah tersendiri.

Selain bisa bersilaturahim dengan guru-guru dari sejumlah daerah, para mahasiswi juga berkesempatan unjuk potensi dengan menggelar kegiatan bazaar di sela-sela acara. [Sambut Kegiatan Muslimat Hidayatullah, BEM Putri Mengadakan Bazar Muslimat dan Silaturrahim Akbar]

Kegiatan bazaar itu sendiri menjadi hiburan tersendiri bagi peserta training. Oleh panitia, disiapkan beberapa stand dengan ragam jualan yang berserak rapi di setiap stand. Mulai dari penganan ringan hingga pakaian-pakaian muslimah dan anak-anak.

Sebagai tuan rumah, STIS Hidayatullah tak ketinggalan menampilkan beberapa karya hasil olah tangan mahasiswi. Diantaranya ada “Weshal Cookies” dan kerajinan tangan lainnya.

“Alhamdulillah, senang bisa terlibat dalam kegiatan ini. Banyak manfaatnya insya Allah,” tutur Fitri Yusran mewakili kawannya para mahasiswi.*/Masykur/STISHID

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp