Pernikahan Mubarokah : Nikah Perjuangan Ala Hidayatullah

STISHID- Pada catatan singkat kali ini, kami akan menguraikan salah satu pernikahan unik yang telah turun-temurun dilaksanakan oleh Pesantren Hidayatullah. Nama pernikahan unik yang dimaksud  yaitu ‘Pernikahan Mubarokah’, atau juga biasa disebut sebagai ‘Nikah Perjuangan’.

Sengaja tulisan ini kami angkat. Sebab, Pesantren Hidayatullah akan melaksanakan kembali Pernikahan Mubarokah Nasional pada tanggal 29 Maret 2015 mendatang. [Info Lengkap Pernikahan Mubarokah Hidayatullah]

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi umat Islam.
__________________________________________________
Pada awalnya istilah nikah massal itu baik dan agung. Secara istilah massal artinya banyak dan besama-sama. Namun  di beberapa tahun belakangan ini, nikah massal menjadi kesan negatif bagi yang ikut di dalamnya, walaupun itu program pemerintah.

Sebenarnya tujuannya juga baik yaitu mempermudah dan membantu orang yang tidak mampu dalam biaya pernikahan. Namun program nikah massal diperuntukkan bagi pasangan-pasangan kumpul kebo atau orang-orang yang sudah lama menikah sampai beranak pinak tapi tidak resmi, di bawah tangan, tanpa pernah ke KUA. Sehingga nikah massal identik dengan program pemerintah untuk menikahan pasangan kumpul kebo.

Ini sebagai suatu pelajaran untuk bisa mempatenkan sebuah program atau merek pesantren. Langkah cerdas yang dilakukan adalah mengganti istilahnya menjadi pernikahan mubarakah atau pernikahan yang diberi berkah.

Hal ini sangat singkron dengan anjuran doa yang harus diberikan kepada pasangan pengantin baru yaitu Barakallau laka wa jama’akuma fii khair (semoga Allah memberkaimu dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan).

Pernikahan Mubarakah adalah pernikahan perjuangan. Artinya menikah adalah bagian dari fase rangkaian membangun peradaban. Inilah salah satu yang melandasi lahirnya program pernikahan mubarakah.

Pernikahan bagi santri bukan sekedar cinta atau nafsu birahi, sebab kalau motivasinya seperti itu maka apa perbedaannya dengan masyarakat awam, apa keunggulannya dibandingkan dengan  orang lain, apakah mau menyamakan derajatnya dengan orang yang mengingkari ajaran agamanya.

Pernikahan mubarakah pada dasarnya mempermudah urusan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang rumit atau memberatkan sehingga prosesinya harus mudah dan disederhanakan. Di samping itu juga menghilangkan bentuk halangan, rintangan dan problematika yang seringkali menghambat keberlangsungannya.

Ada ikatan tersendiri dengan sesama anggota pernikahan sehingga ada reuni pernikahan 40 pasang, 50 pasang, 100 pasang pasang. Asyiknya lagi kalau sudah musim melahirkan maka bisa setiap hari ada ibu-ibu melahirkan, untungnya ada puskesmas dan bidan di pesantren yang sangat setia membantu persalinan.

Santri-santri kecil mendapat berkah yaitu untuk hadir dalam aqiqahnya dan mendoakannya tentu terlebih dahulu. Sekaligus perbaikan gizi santri.

Latar belakang pernikahan mubarakah ini adalah sebagai bentuk perlawanan sekaligus tawaran solusi yang riil terhadap budaya masyarakat di sekitar pernikahan. Terlalu banyak budaya adat maupun modern yang mengurangi kesucian dari pernikahan ini.

Budaya yang berkembang di masyarakat ada istilah berkenalan dan pacaran dalam jangka waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum menikah. Alasannya untuk mengenal lebih dini dan agar tidak kecewa di kemudian hari, namun kenyataannya terbalik yaitu kebosanan dan tidak langgeng hubungan keduanya.

Budaya lebih tragis lagi, hamil sebelum menikah. Ini akibat dari pacaran yang kebablasan, sehingga untuk menghilangkan rasa malu dia dan keluarga maka segera dilakukan pernikahan. Kecelakaan istilahnya di masyarakat, ironisnya hal itu bukan lagi aib di masyarakat dan tidak malu juga pelakunya.

Dari segi adat ada kegiatan klenik atau tahayul di sekitar acara pernikahan. Di antaranya penjodohan yang harus diramal dari hari dan tanggal kelahiran si calon pengantin dan kedua orang tuanya, urutan anak ke berapa, nasab atau keturunan, arah rumah, asal desa dan profesi.

Seringkali penjodohan batal karena masalah hari kelahiran yang tidak cocok hitungan dengan calon mertuanya. Klenik penentuan hari pernikahan, mendatangkan pawang hujan di hari pernikahan, acara mandi bersama, menginjak telur,harus diculik atau dilarikan dahulu, dipingit dan banyak acara yang tidak sesuai dengan tuntunan agama yang seringkali mempersulit diri.

Ada budaya menyerahkan jujuran (menyerahkan uang) dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan dalam jumlah besar. Budaya ini mengakibatkan banyak bujang lapuk dan perawan tua, karena banyak laki-laki yang tidak mampu memenuhi permintaan dari keluarga perempuan dan akibatnya banyak juga perempuan yang tidak menikah bukan karena tidak mau tapi tidak mampu memenuhi persyaratan adatnya.

Tragisnya mereka melampiaskan dalam bentuk pergaulan bebas atau stress. Semakin cantik, tinggi pendidikannya, status sosialnya maka semakin besar uang jujurannya.

Budaya pesta penikahan yang menghabiskan jutaan rupiah, hanya untuk gengsi dan menjaga martabat keluarga. Serangkaian acaranya yang mengiringi dari pagi sampai malam dengan acara yang berbau maksiat. Terkadang  mengundang biduan atau artis-artis lokal dengan pakaian dan suaranya yang menggoda. Mendatangkan penari-penari untuk menghibur pengantin dan tamu.

Kemudian budaya modern yang berkembang di masyarakat sekarang adalah budaya kawin cerai. Mudah sekali orang untuk menjalin pernikahan dan memutuskannya. Umur pernikahan di kalangan artis atau pengusaha tidak lebih dari dua tahun. Pernikahan tidak lagi dianggap sesuatu yang sakral untuk dipertahankan.

Di kota Balikpapan sebagai kota kecil di negara ini setiap tahun angka orang mengajukan cerai atau mengugat cerai melebihi angka 3000 kasus. Ini yang memproses secara legal lewat pengadilan agama, belum terhitung yang mencerai dengan sepihak.

Kenyataan-kenyataan budaya, tradisi dan fenomena yang terjadi di masyarakat tersebut tentu sangat memprihatinkan dan membutuhkan solusi kongkrit. Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja atau tidak memperdulikannya karena cepat atau lambat akan bisa menimpa kita atau bagian dari keluarga kita. Na’udzubillah.

Pernikahan mubarakah yang didesain secara syar’i adalah usaha mencari solusi. Pada awalnya masih banyak kekurangan, di antaranya masih ada acara persandingan atau menyandingkan seluruh pengantin putra dan putri dalam satu panggung. Namun hal itu hanya terjadi di awal-awal pernikahan mubarakah.

Mulai dari proses awal pernikahan yaitu penjodohan dilakukan secara syar’i dengan tidak melalui pacaran lebih dahulu. Bahkan beberapa pasangan memasrahkan jodohnya kepada sterring commity tanpa melihat (nadhor) apalagi mengenal sebelumnya. Nadhor diwakilkan oleh para ustadznya atau melalui foto saja.

Stering commity yang terdiri dari para ustadz senior berbeda dengan mak comlang atau biro jodoh yang ada di media cetak. Tapi  Stering commity yang terdiri dari ustadz senior menggunakan washilah spritual yaitu doa dan shalat istikharah.  Santri yang berhak mengikuti pernikahan pada awalnya cukup ketat di antaranya, umur kelahiran dan umur bergabung di pesantren, karya pengabdian yang pernah dijalani dan kesiapan mental kekaderannya.

Sebelum acara akad diwajibkan mengikuti kegiatan pembekalan calon pengantin. Pembekalan ini adalah pemberian pengetahuan, keilmuan, nasehat dan pengalaman dari para ustadz tentang kiat mengarungi bahtera keluarga.

Menikah membutuhkan ilmu dan agama menjadi landasannya bukan sekedar nafsu dan bersifat alamiah saja atau otomatis saja. Oleh sebab itu pembekalan dianggap sangat urgen untuk memberikan pemahaman di antara pasangan penganting dalam memaknai pernikahan sebagai bagian dari perjuangan dan menjalani pernikahan yang penuh dengan onak dan duri harus mengedepankan keimanan kepada Allah.

Resepsi acara pernikahan dilakukan secara terpisah antara mempelahi putra dan putri. Hal ini untuk menghindari fitnah dan menjaga syari’at. Tidak perlu ada tenda biru apagi merah di depan rumah.
Selanjutnya acara penyerahan mahar dilakukan di sore atau siang hari di rumah-rumah yang diberi amanah untuk  menjadi istana sementara pasangan baru tersebut. Resepsi acara didesign sangat sederhana yang penuh makna dan menghindari pemborosan atau foya-foya.

Pernikahan mubarakah dianggap aneh terutama orang yang belum memahami kepasrahan para santri dalam menentukan calon jodohnya kepada para ustadz. Sulit untuk dinalar menikah dengan orang yang belum dikenal bahkan belum pernah dilihat sama sekali.

Seorang wartawan yang meliput pernikahan mubarakah bertanya kepada salah satu santri yang menjadi pengantin.” Apakah anda ikhlas dengan muslimah yang dijodohkan dengan Anda?”
”Siapapun jodoh yang dipilihkan ustadz untuk menjadi istri saya maka saya terima dengan ikhlas. Saya sepenuhnya yakin bahwa wanita yang masuk pesantren ini adalah muslimah yang baik-baik. Dan saya yakin bahwa dalam menentukan dan memilihkan jodoh itu, ustadz berdoa kepada Allah sehingga saya yakin mendapatkan  yang terbaik bagi saya, keluarga saya dan agama saya dunia akherat.

Pernikahan ala santri sering dianggap kolot. ”Sudah bukan zamannya lagi Siti Nurbaya atau menikah itu tidak bisa seperti membeli kucing dalam karung, harus lihat dan kenal donk.” kata sebagian orang yang tidak paham dengan pernikahan santri.

Namun keberkahan pernikahan membuktikan dalam perjalanan kehidupan keluarga yang mereka jalani. Terbukti keharmonisan yang terjalin dalam kehidupan pasangan pernikahan mubarakah dan rendahnya angka perceraian.

Langkah awal pernikahan mubarakah sudah sangat cukup namun diperlukan lagi pendidikan berkeluarga untuk lebih fungsional untuk dalam menjalaninya. Menikah bukan urusan satu dua tahun tapi diharapkan menjadi ikatan yang kuat dan abadi atau mitsaqan ghalida.

Untuk bisa kuat diperlukan ilmu lagi yang tentu berbeda saat awal-awal pernikahan. Ada kebutuhan pengetahuan lebih saat sudah mempunyai anak satu, dua dan tiga.

Mengatasi kebosanan dalam pernikahan, menyelesaikan perselisihan yang efektif, menumbuhkan cinta sepanjang masa, mengelola rasa cemburu. Inilah memerlukan pembelajaran agar pernikahan bisa terjaga mubarakahnya. Wallahu a’lam bish Shawwab. */Abdul Ghofar Hadi/STISHID

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp