Upgrading Bahasa Arab Menghadirkan Ketua Pusat Bahasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Foto bersama dengan DR. Muhajir, kelima dari kanan setelah acara Up Grading

Stishid– Untuk meningkatkan kinerja dosen dalam mengajar bahasa Arab. Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (LP3M) STIS Hidayatullah mengadakan Upgrading Bahasa Arab. Acara rutin 2 pekanan ini dilaksanakan pada hari Ahad (23/11) di ruang rapat Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.

Seluruh dosen pengampu Arab dan utusan dari Pembantu Ketua I Bidang Akademik diundang untuk mengikuti kegiatan ini. Guru bahasa Arab MTs Radhiyatan Mardhiyah turut diundang sebagai perwakilan dari Unit Pendidikan Pesantren Hidayatullah Balikpapan.

Pada Up Grading kali ini, LP3M STIS Hidayatullah menghadirkan DR. Muhajir, Ketua Pusat Bahasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai pemateri.

Dengan diadakannya Upgrading Bahasa Arab ini diharapkan semakin memacu motivasi dan geliat para dosen dan penganggung jawab akademik (Bidang Akademik-red) untuk terus menghidupkan bahasa Arab di lingkungan kampus, ujar Kusnadi, Ketua LP3M STIS Hidayatullah.

Belajar Bahasa Arab, Bukan Belajar ‘Tentang Bahasa Arab’

Dalam materinya, Muhajir hanya banyak mengulas tentang metode-metode simpel dalam proses belajar mengajar bahasa Arab. Menurutnya belajar bahasa Arab itu sangat mudah. Namun metode  yang selama ini dipakai oleh lembaga pendidikan manapun terbukti sangat menyusahkan peserta didik dalam memahasmi bahasa Arab. Sehingga kesan sulit dan bosan menjadi akibat yang sering diungkapkan peserta didik.

Menurutnya, mengenalkan bahasa (Arab) dengan menggunakan kitab nahwu dan shorof adalah metode pengajaran yang salah. “Itu (nahwu dan shorof) bukan bahasa Arab, melainkan kaidah dalam bahasa Arab”, imbuhnya.

Al lughoh li dzatiha, bal al lughoh fi dzatiha, selama ini kita bukan belajar bahasa (Arab), tapi belajar tentang bahasa (Arab). Itulah yang sering saya kritik. Ujarnya dengan lugas memberikan kritikan-kritikan terhadap metode pengajaran yang selama ini dipakai.

Dalam kesempatan yang sama juga beliau mengilustrasikan kritikannya dengan yang selalu ditemuinya ketika mengisi training. Ada guru yang mengeluh, bagaimana kami mengajarkan bahasa Arab, sedangkan murid-murid kami tidak bisa membaca al-Qur’an, ujarnya memberikan contoh keluhan para guru.

Menanggapi pertanyaan di atas, beliau selalu menekankan bahwa tidak ada kaitannya mengajar bahasa Arab dan mengajar membaca al-Qur’an, ujarnya.

Ta’limul lughoh huwa ta’limu al istima’, laisa al qiro’ah wa al kitaba, belajar bahasa itu di mulai dengan mendengar, bukan dengan membaca dan menulis, Celetuknya. */Ibnu Sahl/stishid

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp