Stishid.ac.id- Siapa yang tidak kenal dengan lebah madu ? Hewan yang satu ini begitu istimewa karena multi manfaat. Dari tubuhnya keluar berbagai macam obat yang menyembuhkan bagi manusia. Ada madu yang sangat manjur khasiatnya, juga propolis yang diolah dari liur lebah yang tiap tetesnya sangat berharga.
Dunia kesehatan, dalam temuan mutakhirnya, menemukan bahwa Royal Jelly (zat yang disekresikan oleh lebah pekerja untuk digunakan sebagai makanan ratu lebah dan larva lebah madu) ternyata ampuh menambah stamina. Serta Beepoleen (lihat manfaat beepoleen disini) yang diambil dari sarangnya.
Itu baru sisi apa yang dihasilkan lebah. Bagaimana dengan analisis ilmiah para ilmuaan tentang karakteristik lebah; sifatnya, kehidupan, dan pekerjaannya. Semua menarik untuk dikaji, yang mengerucut pada satu titik kesimpulan; semua sisi kehidupan hewan kecil bermarga serangga ini pasti bermanfaat.
Dalam al-Qur’an, ada beberapa hewan yang disebut Allah. Ada sapi betina (al-Baqarah), ada semut (an-Naml), dan ada laba-laba (al-Ankabut), tapi satu-satunya secara khusus diberi wahyu (ilham) oleh Allah hanyalah lebah. Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an, surah an-Nahl ayat 68-69. Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
Dr. Abdullah bin Muhammad Ishaq al-Syaikh dalam Lubab al-Tafsiir min Ibn Katsir, menjelaskan bahwa wahyu disini adalah ilham, petunjuk, dan bimbingan bagi lebah, agar ia menjadikan gunung-gunung sebagai rumah yang menjadi tempat tinggal, juga pepohonan, serta tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. (Jilid V, hlm. 78)
Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib ar-Rifa’i menambahkan bahwa sarang lebah sangat kuat dan sempurna (bagi ukuran lebah) dalam hal bentuknya yang persegi enam dan kerapatannya sehingga tidak ada lubang. Allah memberinya kemampuan untuk memakan berbagai jenis buah-buahan dan untuk menempuh jalan yang dimudahkan baginya sesuai dengan kemauannya, baik di udara, darat, lembah, maupun di pegunungan, lalu ia kembali ke sarangnya tanpa tersesat. (Jilid II, hlm. 1042)
Kemudian Allah membuat perut lebah dapat memproduksi madu yang bersih, ada yang berwarna putih, kuning, dan merah, yang sedap dipandang mata dan enak diminum, juga menjadi obat bagi orang sakit. (Dr. ‘Aidh al-Qarni, Al-Tafsiir al-Muyassar, Jilid II, hlm. 448).
“Dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti lebah. Dia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik, hinggap namun tidak memecah dan merusak.”(HR. Ahmad)
Sifat yang ada pada lebah itu karena adanya ilham dari Allah Ta’ala. Seorang mukmin pun sejatinya demikian karena telah memiliki wahyu dari Allah berupa al-Qur’an. Hal itu mengisyaratkan bahwa seorang mukmin seyogianya meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah.
Lebah hanya hinggap ditempat-tempat pilihan. Sangat jauh berbeda dengan lalat. Amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah tidak, ia hanya mendatangi bunga, buah-buahan dan tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitu pula sifat seorang mukmin. Allah SWT berfirman:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)
Lebah juga mengeluarkan madu dan semisal dengannya sebagai obat untuk manusia. Ia produktif dengan kebaikan, dan hasilnya dapat bermanfaat bagi mahluk lain. Begitu juga seorang mukmin mampu memberi kebaikan yang dirasakan oleh manusia dan mahluk lainnya. Rasulullah SAW bersabda: “Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni, dari sahabat Jabir bin Abdullah)
Lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang ia hinggapi. Bahkan membantu bunga dalam proses pembuahan yang kelak menjadi buah untuk dimakan manusia. Begitu pula seorang mukmin, setidaknya ia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apapun baik dirinya maupun orang lain. Dan terakhir, meraka selalu hidup berjama’ah dengan satu garis komando yang dipimpin oleh seekor ratu lebah. Kita pun idealnya demikian. Selalu hidup dalam bingkai imamah jama’ah dengan prinsip sami’na wa atha’na. Itulah karakter lebah yang patut ditiru orang beriman.*/ Azhari Abu Misykah/Dosen STIS Hidayatullah