Stishid.ac.id- Pada bulan September 2014 lalu, ada beberapa jamaah yang meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman Gunung Tembak, Balikpapan. Meskipun yang meninggal dunia tidak tinggal di Gunung Tembak, ada dari Paser, Samarinda, Balikpapan Kota atau di luar daerah.
Tentu mereka atau keluarganya menginginkan keluarganya dikuburkan di pemakaman di Gunung Tembak, bukan karena tidak ada pemakaman di daerahnya tapi ada keinginan untuk mendapatkan doa, shalat jenazah dan diantar di kuburan dengan jumlah jamaah yang banyak. Meskipun itu bukan sebagai jaminan kebaikan tapi bisa dijadikan harapan untuk mendapatkan kebaikan dunia akherat dari Allah.
Ada satu sisi yang menarik dari pemakaman ini, meskipun itu fardhu kifayah tapi tetap harus ada pembagian tugas agar prosesi pemakaman ini berjalan dengan baik. Sehingga ada yang bagian mengurus administrasi ke pemerintah bagian pemakaman, petugas pemandian plus mengkafani, bagian penggalian kubur, pembuat dinding dan patok kuburan.
Mahasiswa STIS Hidayatullah biasa dan sering mendapatkan bagian untuk menggali kubur. Ini adalah bagian dari mata kuliah yang langka, tidak diprogram berapa SKS-nya, sifatnya insidentil atau tidak rutin karena memang kematian orang tidak ada yang tahu waktunya selain Allah. Waktu penggaliannya pun tidak terbatas, terkadang pagi hari, siang dan bahkan tengah malam penggalian kubur dilaksanakan.
STIS Hidayatullah juga berkepentingan untuk mendukung mahasiswa yang menggali kubur dengan mengamanahkan kepada BEM. Merekalah yang mengatur regulasinya dan mempergilirkan mahasiswa tanpa harus meliburkan proses perkuliahan dan semua mahasiswa merasakan pengalaman ini. Sebab terkadang penggalian kubur itu pada jam aktif perkuliahan sehingga solusinya, menunjuk perwakilan dari semua semester masing masing 2 mahasiswa untuk tugas menggali kubur.
Dengan mata kuliah menggali kubur, banyak mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman, pelajaran dan ibrah. Selain sebagai ladang amal jariah, menumbuhkan kepedulian, mengurangi rasa takut dan mendapatkan pengalaman spiritual, lebih utama lagi mendekatkan diri kepada Allah karena terbiasa dengan kuburan yang cepat atau lambat semua manusia akan mati juga.
Cerita menarik mahasiswa dari proses menggali kubur sangat banyak dan menarik. Diantaranya menemukan tulang, kain kafan, tengkorak. Bau yang menyengat, air resapan mayat sebelah yang sangat gatal. Tapi semua dihadapi dengan ceria oleh mahasiswa. Imej (pandangan) kuburan yang selama ini identik dengan seram, menakutkan dan horror secara tidak sadar dengan sendirinya hilang dan berubah menjadi hiburan spiritual bagi mahasiswa.
Mata kuliah menggali kubur di STIS Hidayatullah mungkin hanya satu-satunya perguruan tinggi di dunia. Oleh sebab itu, mentalitas dan karakter yang tumbuh dari penggali kubur adalah bisa lebih taqarub kepada Allah. Dan inilah yang mahal dan bernilai di dunia akherat.*/Abu Yasin