Ketua Kopertais XI Wilayah Kalimantan Prof. Dr. Akhmad Fauzi Aseri, M.A, menyatakan kekagumannya terhadap kontribusi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISHID) yang aktif mengambil peran positif dalam pengabdian masyarakat.
Hal itu diungkapkan Profesor Fauzi saat berkunjung ke kampus Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan sekaligus sebagai salah satu penguji skripsi bagi mahasiswa semester VIII Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan.
Dalam sambutannya, Prof Fauzi, demikian sapaan karibnya, memuji mujahadah dan kesiapan para mahasiswa STIS dalam menghadapi ujian skripsi. Ia juga mengingatkan hakikat ilmu yang sebenarnya, yaitu ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah.
“Jangan pernah ada di antara mahasiswa yang hanya bangga dengan gelarnya saja. Sebab ilmu itu berguna jika diamalkan di masyarakat,” tegas beliau di hadapan puluhan mahasiswa semester VIII STIS.
Dalam kesempatan itu Prof Fauzi menyampaikan apresiasinya terhadap peran mahasiswa STIS Hidayatullah dalam pengabdian masyarakat. Menurut dia, kebijakan STIS Hidayatullah yang menugaskan seluruh alumninya ke berbagai daerah untuk berdakwah adalah langkah yang sangat positif.
Bahkan jauh sebelum lulus pun, mahasiswa STIS Hidayatullah telah dikaryabaktikan secara mandiri ke berbagai lapangan soft skill yang terintegrasi dengan lingkungan kampus seperti pertanian atau perkebunan, guru, pengasuh, dan dikirim menjadi dai ke wilayah-wilayah pelosok.
Profesor Fauzi menilai ada cara pandang yang salah tentang gelar sarjana saat ini. Menurutnya, sarjana adalah orang-orang yang sebenarnya telah tercerahkan dengan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
“Sarjana Muslim itu mencerahkan. Kehadirannya memberi solusi di tengah masyarakat. Bukan justru menjadi pengangguran yang jadi beban masyarakat,” pungkas pakar pendidikan Islam dan Guru Besar Ilmu Tafsir yang juga menjabat sebagai Rektor Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari, Banjarmasin ini.
Bagi seorang mahasiswa, tugas akhir atau penulisan skripsi biasanya selalu mendapat tempat di hati. Terlebih jika berhasil melewati ujiannya yang popular dengan sebutan ujian munaqasyah. Selalu ada sensasi dan perasaan yang berbeda. Ada rasa bangga sekaligus syukur bisa menyelesaikan tahapan terakhir dari bertahun-tahun masa kuliah. Biasanya fenomena itu berlaku umum bagi jamak mahasiswa yang duduk di semester akhir perkuliahan.
Tak terkecuali bagi mahasiswa semester VIII Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan. Sebanyak 52 orang kader Hidayatullah berhasil menuntaskan hari-hari berat mereka bakda ujian skripsi, beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah, akhirnya kami bisa melewatinya juga. Syukran atas dukungan semuanya,” ucap Syarifuddin, seorang mahasiswa STIS mewakili rasa syukur teman-temannya.
Terkait pelaksanaan ujian skripsi, STIS Hidayatullah bekerja sama dengan Koordinasi Perguruan Tinggi Agama Islam (Kopertais) XI Wilayah Kalimantan. Untuk tahun ini, STIS menghadirkan enam orang penguji sekaligus. Empat orang di antaranya ditunjuk langsung oleh Kopertais XI.
Selanjutnya para penguji itu lalu berbagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan tiga orang penguji. Yaitu sebagai Ketua Sidang, Penguji Satu, dan Penguji Dua.
Berbeda dengan pelaksanan ujian skripsi lalu, saat ini STIS Hidayatullah mendapat kehormatan dengan kesediaan Prof. Dr. Akh Fauzi Aseri, M.A. Bersamanya, hadir pula Dr. Sukarni (Ketua Dekan Fakultas Syariah IAIN Antasari, Banjarmasin), Muhammad Amin Djamaluddin, M.A (Direktur Pengembangan Bahasa IAIN Antasari), dan Dr. Nur Kholis (Dosen Fakultas Syariah IAIN Antasari).
Sementara dua penguji berikutnya tak lain adalah Dr. (Cand) Nashirul Haq, M.A (International Islamic University, Malaysia) dan Abdul Ghofar Hadi, M.S.I (Ketua STIS Hidayatullah).
Untuk diketahui, hingga saat ini STIS Hidayatullah Balikpapan telah menamatkan sebanyak 7 angkatan dengan ratusan alumni yang telah menyebar ke berbagai wilayah di nusantara. Uniknya tak ada satupun di antara mereka yang menganggur. Sebab seluruh alumni tersebut telah dinanti oleh medan dakwah yang begitu luas.
Bagi seorang kader dakwah, amanah dakwah dan perjuangan ini terlalu berat untuk menjadikan seseorang lalu santai dan tak berbuat. Demikian motivasi yang sering dipompakan oleh Abdul Ghofar Hadi, Ketua STIS kepada seluruh mahasiswa.
“Ilmu itu hanya bermanfaat jika diamalkan. Ilmu itu hanya bernilai jika bertaut dengan keimanan dalam jiwa,” pesan Abdul Ghofar.
Reporter : Masykur
Editor : Rizky