Hafal Al-Qur’an, Mahasiswa STIS ini Punya Segudang Prestasi Lainnya


STISHID – Lahir dari keluarga petani di pelosok kampung, bukan halangan bagi Sutardi (23 tahun) untuk tetap bercita-cita tinggi. Layaknya pemuda kebanyakan, selalu ada semangat dan harapan besar yang menyertai kehidupannya.


“Pemuda itu harus visioner. Dia merancang yang lebih baik dan terdepan dalam melaksanakannya,” Ucap mahasiswa STIS Hidayatullah berdarah Flores ini. Ditanya lebih jauh, ternyata Sutardi ingin memulai dari hal sederhana saja. “Dimulai dari menjadi pemimpin rumah tangga yang dicintai,” jawabnya tersenyum.

Perjalanan cita-cita itu bermula dari ajakan seorang kerabatnya untuk hijrah ke Kota Daeng, Sulawesi Selatan. Sejak itu, ia berpisah dari orangtuanya yang tinggal di kampung halaman, Kewitu Nanga Bere, Lembor, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana Sutardi memulai hidup baru. Yaitu mondok di Pesantren Hidayatullah Makassar. Selanjutnya ia pindah ke Ma’had Penghafal al-Qur’an di Puca’ Maros, Sulawesi Selatan.


Menurut Sutardi, problem utama pemuda hari ini adalah soal kedisiplinan dan menghargai waktu. Ia sendiri mengaku sejak awal tak pernah bercita-cita jadi penghafal al-Qur’an. Selain karunia Allah, Sutardi hanya bermodal disiplin dan konsisten saja. Alhamdulillah, sejak tamat dari SMA Al-Bayan Hidayatullah Makassar, ia sudah menyelesaikan setoran hafalan 30 juz. Tuntas.


Kini mahasiswa semester VIII STIS Hidayatullah tersebut fokus talaqqi (belajar khusus) di halaqah al-Qur’an yang dibina langsung oleh Ustadz Baharun Musaddad, imam tetap Masjid ar-Riyadh, Balikpapan. Di halaqah khusus tersebut, Sutardi wajib menyetor hafalan setiap hari sambil diajari beberapa riwayat bacaan al-Qur’an lainnya.


“Intinya kegiatan apapun, semua bisa telaksana dengan baik kalau disiplin,” Termasuk dalam membagi waktu kuliah, tugas skripsi, setoran hafalan, hingga kegiatan lainnya. Bagi Sutardi, solusinya adalah disiplin waktu. “Jaga waktu shalat wajib. Utamakan itu. Kalau ini berhasil, semua pekerjaan jadi terasa mudah insyaAllah,” Pesan Sutardi sambil berbagi tips.


Untuk diketahui, pemuda yang hobi olahraga berenang dan sepak takraw ini juga terbilang punya prestasi akademik yang lumayan. Di awal perkuliahan dulu, Sutardi pernah menyabet nilai IPK 4.00 selama dua tahun berturut. Dari semester satu hingga empat. Terakhir, Sutardi mendapat nilai 3.86 pada semester tujuh lalu.


“Mohon doanya, semoga bisa tetap konsisten di jalan dakwah ini. Tugas dimanapun nantinya, saya siap dengar dan siap taat,” ucapnya mantap. “Alhamdulillah, saya bangga dan bersyukur. Ke depan Sutardi bisa lebih baik lagi kualitas hafalannya, insyaAllah,” Ujar Ustadz Baharun, di lain kesempatan.*/ LPPH Gutem

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp