STIS Hidayatullah Memeperketat Program Bersepatu di Kampus

Stishid.ac.id Memasuki tahun ajaran baru 2014/2015 ini, ada kebijakan yang disepakati di STIS Hidayatullah, yaitu wajib memakai sepatu bagi dosen dan mahasiswa saat perkuliahan. “Sebenarnya ini kebijakan lama, cuma pelaksanaannya yang kurang. Terlebih aturan yang berkaitan dengan sepatu belum terangkum dengan baik. Sehingga peraturan itu menjadi terbengkalai.” Ucap ustadz Hamudi, Bagian Kedisiplinan kampus ke media ini.

Mungkin terdengar aneh, karena pada umumnya sudah maklum bahwa di mana-mana yang namanya sekolah formal sejak TK sampai kuliah harus bersepatu. Namun, khusus untuk di STIS Hidayatullah yang beraada di lingkungan pesantren, bersepatu masih terkesan tabu.

Ada beberapa kemungkinan dosen dan mahasiswa STIS Hidayatullah belum disiplin bersepatu ke kampus. Karena faktor elum ada peraturan dengan konskwensinya, gedung kuliah belum selesai, jalanan menuju kampus masih darurat alias becek.

Ada yang beralasan,“ Buat apa pakai sepatu, setelah di kantor atau di kelas, sepatu dilepas juga. Kan lantainya lantai keramik justru memakai sepatu akan mengotori lantai. Bahkan ada yang berkomentar, Aturan bersepatu itu budaya feodal dan formalitas saja. Mahasiswa tidak perlu gengsi-gengsian, berlagak keren sampai memakai sepatu bermerek segala. Tingkat intelektualitas atau prestige kita tidak dilihat dari seberapa mahal sepatu kita, atau seberapa terkenal merek sepatu kita, tapi seberapa bermanfaat ilmu yang kita peroleh untuk orang lain.

Sebenarnya sah-sah saja argumentasi atau alasan-alasan di atas. Namun tidak salah juga kan kalau orang memakai sepatu. Apalagi tujuannya bukan hanya untuk gengsi, pamer, bergaya tapi menjaga kerapihan.

Sebenarnya target dari ditegakkan program bersepatu yang digulirkan ini untuk melatih kedisiplinan dan kerapihan. Disiplin bukan hanya dalam dimensi ketepatan waktu hadir di kampus atau di masjid, tapi disiplin terhadap ketaatan mengikuti aturan termasuk dengan bersepatu. Kedua melatih kerapihan, memang kesholehan dan kepintaran mungkin tidak ada hubungan langsung dengan bersepatu. Namun ketika ada orang sholeh tidak berpenampilan rapih maka semua orang menyayangkan atau minimal mengurangi kesholehannya. Sebab kerapihan dan kebersihan itu bagian dari cermin keimanan seseorang.

Mental terkadang terbentuk dan terlihat dari hal-hal yang nampak dari luar, seperti penampilan dan pakaiannya. Bersepatu secara tidak sadar membentuk mentalitas untuk rapih dan ada rasa percaya diri untuk serius dalam belajar atau ke kantor. Kemudian keseriusan seseorang juga bisa dilihat dari penampilannya.

Sehingga aturan bersepatu tidak hanya di lingkungan sekolah atau pendidikan tapi juga di instansi pemerintah atau perusahaan. Pada acara pembukaan Munas Syabab Hidayatullah yang dilaksanakan di kantor wakil presiden, banyak peserta tidak bisa masuk karena tidak diperkenankan oleh tentara yang menjaga di gerbangnya. Bagi teman-teman dai yang hendak dakwah atau khutbah di rig laut atau perusahaan maka wajib bersepatu, jika tidak bisa disuruh pulang dengan hormat. Tentu itu untuk alasan keselamatan dai.

Mari kita mulai untuk berlatih rapih sebagai wujud peradaban Islam dengan salah satunya membudayakan bersepatu ke kampus.*/Ketua STIS Hidayatullah

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp