Guru Besar UIN Yogyakarta: Kembangkan al-Qur’an dengan Ilmu Sains

foto: Guntur

 

Stishid.ac.id – Bicara pendidikan, sesungguhnya umat Islam punya akar sejarah yang kuat. Para ulama terdahulu adalah orang-orang yang mengusai al-Qur’an dan sains sekaligus. Dengannya ilmu pengetahuan dan peradaban berkembang begitu cepat. Hingga Islam menjadi pemuncak peradaban dalam kehidupan manusia.
Pemaparan itu disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. H. Susiknan Azhari, dalam kunjungan silaturahim ke kampus Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah di Balikpapan, Ahad, 11/06/2017.
Menurut Prof Susiknan, tak hanya menguasai al-Qur’an, ilmuwan Muslim juga wajib mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menebar manfaat yang lebih maksimal kepada masyarakat. Sebaliknya, dikatakan Susiknan, ilmu yang tidak didasari dengan al-Qur’an juga menjadi sesuatu yang tak bermanfaat.
“Jadi gelar professor itu tidak ada apa-apanya dengan penghafal al-Qur’an. Tapi ilmu dasar agama itu tidak bisa hanya dihafal tanpa dikembangkan lebih jauh,” ungkap profesor ahli ilmu Falak ini.
Demikian itu, lanjut Susiknan, menjadi tantangan pendidikan Islam untuk mewujudkan harapan tersebut. Sebab di sisi lain, tanpa sadar, ada stigma buruk yang melekat terhadap perguruan tinggi Islam. Bahwa umat Islam masih tertinggal dalam urusan kemajuan teknologi.
“Padahal, jasa ojek saja ketika bersentuhan dengan teknologi langsung mengalami peningkatan luar biasa. apalagi jika dakwah al-Qur’an dikembangkan dengan basis teknologi,” lanjutnya sambil memberi contoh beberapa jasa ojek online sekarang.
Terakhir, Direktur Museum Astronomi Islam ini mengingatkan, semua prestasi itu hanya bisa diraih dengan kesungguhan dan kerja keras.  Meski potensinya besar tapi jika tak dikelola dengan baik maka manfaatnya bisa hilang di tengah  masyarakat.
“Berdayakan lingkungan yang kondusif ini. Di sini ada danau luas, lapangan luas, masjid luas, dan semua fasilitas lainnya,” terang Susiknan, memberi apresiasi kepada lingkungan kampus STIS yang seluas 200-an hektar tersebut.
“Jika perlu bikin ruang observatorium besar di masjid. Sebab umat Islam dahulu punya banyak observator yang ulung. Jadi setelah shalat tahajjud malam hari, langsung teropong angkasa raya. Saksikan kebesaran Allah itu,” terang Susiknan.
Menurut Susiknan, tantangan seperti itu menjadikan umat Islam kian terasah kecerdasannya. Sebab menggabungkan antara ayat-ayat Allah yang bersifat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah sekaligus. “Bukan masanya lagi umat Islam ribut dengan urusan-urusan khilafiyah,” tutup Susiknan mengingatkan.  */ admin stishid

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp