STISHID — Hakikat berjamaah adalah bersaudara. Meskipun orang itu hebat atau pintar, jika hubungan persaudaraan dengan orang lain retak, maka kepintaran dan kehebatan itu berubah menjadi tidak berarti apa-apa. Jika persaudaraan retak maka seluruh kekuatan akan pecah berantakan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh anggota Majelis Penasehat (MP) Pusat Hidayatullah, Ustadz Muh. Hasyim HS di masjid ar-Riyadh, Balikpapan, beberapa waktu lalu. “Untuk itu mari sama-sama perbanyak membaca istighfar kepada Allah dan menjaga silaturahim serta mengingat kebaikan orang lain,” Ucap Hasyim sambil berulang membaca lafadz istighfar.
Istighfar bagi orang beriman, ungkap Hasyim, adalah ratapan kelemahan diri di hadapan Allah sekaligus menjadi kekuatannya. Dengan istighfar seorang hamba, Allah lalu berkenan memberi keberkahan kepada mereka. Mulai dari menurunkan hujan lebat, menyuburkan kebun-kebun, mengalirkan sungai, hingga membanyakkan harta, serta memberikan keturunan kepada keluarga. “Inilah berkah istighfar. Tidak cukup jika hanya mengandalkan kepintaran dan teknologi manusia saja,” Ujar Hasyim.
Menurut salah seorang pendiri Pesantren Hidayatullah ini, ajang Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah (beberapa waktu lalu, red) adalah manifestasi dari upaya bersilaturahim dan saling mendoakan serta memohon maaf kepada seluruh saudara-saudara seperjuangan di pelosok nusantara. “Kita semua berkumpul untuk saling mendoakan dan beristighfar. Setidaknya untuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan kepada diri sendiri, keluarga, dan orang lain,” Terang Hasyim mengingatkan.
Bayangkan, lanjut Hasyim, Rasulullah sebagai manusia paling shaleh yang terjaga dari dosa dan kemaksiatanpun masih saja beristighfar hingga tujuh puluh kali dalam sehari semalam. “Bagaimana dengan kondisi keimanan kita semua?” Ujar Hasyim sambil membaca hadits terkait.
Di hadapan ribuan peserta Munas IV Hidayatullah, ustadz yang juga seorang pendiri Hidayatullah ini menjelaskan hikmah syariat musyawarah. D antaranya yaitu mampu menghindarkan sekat antar hubungan sesama dalam jamaah. Sebaliknya, ketika syariat musyawarah tidak berjalan dengan baik maka yang terjadi justru adanya clashdan perselisihan hati sesama anggota jamaah. “Biasanya terjadi masalah atau ada yang tidak beres,” ungkap Hasyim.kembali
Lebih jauh, Hasyim menerangkan perlunya melibatkan Allah secara aktif untuk menguatkan ukhuwah islamiyah dengan menggencarkan ibadah Shalat Lail dan munajat kepada Allah. “Sebab tidak ada yang bisa melembutkan hati dan menyambungkan hati-hati kita semua selain atas izin dan kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt),” papar Hasyim menutup. */Dokumentasi STIS Hidayatullah