Pilih Pasangan yang Seideologi

STISHID- Salah satu yang mendasar dari menjaga ideologi adalah memperkuat benteng pertama dalam hidupnya yaitu keluarganya. Keluarga adalah unit organisasi terkecil yang harus kuat dan memperkuat ideologi yang dimiliki oleh seseorang. Tanpa ada dukungan dari keluarga maka lambat laun ideologi yang memudar oleh persoalan teknis harian.

Sehingga pernikahan sebagai pintu menuju keluarga harus betul-betul dirancang dan direncanakan sesuai dengan fikrah dan kiprah sebagai seorang ideolog. Pernikahan bagi seorang ideolog tentu harus ideal berdasarkan ideologis bukan semata-mata kebutuhan biologis.

Salah satu hikmah dari pernikahan adalah pemenuhan kebutuhan biologis. Ini adalah kebutuhan fitrah bagi setiap manusia  normal. Namun bagi manusia beriman, pernikahan adalah usaha untuk mempertahankan dan menebarkan ideologi, sehingga kriteria dan proses pernikahan juga sarat dengan kriteria ideologis.

Sebab sudah banyak kader ideologis bertumbangan di tengah dan pinggir jalan dakwah karena masalah biologis. Banyak ideolog-ideolog dunia bertekuk lutut oleh wanita. contoh kecilnya seperti Napoleon Bonapaerte yang takluk oleh Cleoparta, atau Hitler yang ditakluk oleh Harun aira.

Secara ideologis kuat tapi tidak bisa menahan diri bahkan dikendalikan oleh biologisnya yang terlalu dominan.

Belum lagi tokoh-tokoh kecil pergerakan juga banyak bertumbangan karena tidak tepat dalam menentukan pasangan pernikahan yang tidak se-ideologis. Hasrat pemilihan hanya berdasarkan ketertarikan biologis yaitu kecantikan atau ketampanan, kegagahan, kakayaan dan keturunan.

Pernikahan bukan sebagai batu untuk meloncat untuk semakin mandiri dan matang ideologinya. Namun yang terjadi malah menjadi sebab redupnya ideologi karena terjebak dengan  masalah pasangan yang tidak se-fikrah dan sekiprah. Orientasi hidup yang berbeda, antara selera biologis yang cenderung hedonis dan tuntutan ideologis yang beresiko dengan penderitaan.

Walaupun sebenarnya, pernikahan ideologis itu berujung kepada penderitaan dan kesengsaraan. Sebab ketika istiqomah dalam memegang ideologi Islam maka Allah juga tidak akan membiarkan apalagi mendholimi hamba yang bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan ideologi Islam.

Secara dhohir dan ukuran manusia biasa, sepertinya seorang ideolog itu sengsara tapi ketika mereka ditanya, mereka malah sedang merasakan nikmatnya hidup. Artinya sengsara dan bahagianya hidup bukan diukur oleh biologis dan kebutuhan yang bersifat duniawi, akrena banyak orang yang bergelimang dengan duniawi tapi merasa hambar hidup dan akhirnya bunuh diri.

Seorang ideolog, memaknai pernikahan bukan semata biologis. Sehingga kehati-hatian niat dan pilihan menjadi sangat ketat. Kebahagiaan seorang ideolog adalah saat menemukan teman hidup yang seideolog dan bersama-sama memperjuangkan ideologinya hingga akhir hayatnya.

Bukan berati seorang ideolog dilarang menikah dengan wanita cantik, kaya dan berketurunan. Bukan begitu maksudnya, tapi kreteria pertama adalah ideologi agamanya yang menjadi tumpuhan kehidupannya sehingga kecantikan, kekayaan dan keturunan menjadi lebih bermakna dan bernilai. Sungguh keberuntungan besar jika di zaman akhir seperti ini bisa mendapatkan jodoh yang seideolog, cantik, cerdas, kaya dan berketurunan orang yang sholeh. Wallahu a’lam bish shawwab. */Abu Yasin/STISHID

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp