Jati Diri Mahasiswa

Stishid.ac.id- Ada tiga tempat yang menjadi harapan sebuah perubahan yaitu kampus, masjid dan pesantren. Tentu yang menjadikan tiga tempat tersebut bisa menjadi sebab perubahan karena orang-orang yang ada di dalamnya memiliki kualitas dan idealisme untuk perubahan yang lebih baik.

Tulisan ini hanya menfokuskan diri untuk membahas kampus terlebih dahulu. Adapun masjid dan pesantren insyaallah akan dibahas pada kesempatan lain. Meskipun sebenarnya keduanya terkadang juga menyatu dalam dunia kampus. Artinya ada kampus yang berada di dalam pesantren dan basis gerakan atau kegiatannya di masjid.

Kampus adalah tempat belajarnya para mahasiswa. Mereka adalah kelompok terdidik dengan jenjang paling tinggi di negeri ini. Ada beberapa alasan mahasiswa dan kampusnya bisa menjadi pioner perubahan. Mereka memiliki kekuatan nalar yang lebih matang dibandingkan kelompok masyarakat yang lain, kekuatan moral juga masih terjaga dengan baik oleh idealismenya sebagai anak muda yang belum terbebani anak dan keluarga. Kemudian kekuatan mental baja yang tidak mengenal resiko untuk menyampaikan sebuah idealismenya.

Mahasiswa sejati adalah kelompok minoritas populasi mahasiswa secara umum. Mereka aktif memikirkan suatu proses transformasi dan masih terlibat dalam dunia berfikir untuk menemukan sebuah gagasan-gagasan. Tetapi mereka memainkan peran untuk perubahan masa depan. Mereka melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang tidak atau belum dipikirkan oleh masyarakat umumnya. Dalam visi mereka, tampak satu kesalahan mendasar dalam masyarakat. Dan mereka menginginkan perubahan. Tidak sekedar perubahan-perubahan marginal, tetapi perubahan fundamental.

Sejarah indonesia juga mencatat bagaimana pentingnya peran mahasiswa baik dalam proses menuju maupun proses pembentukan pasca terbentuknya negara indonesia. Peran mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan sangat menonjol dalam perubahan-perubahan besar di republik ini. Sejarah kemudian mencatat peran mereka dalam pembentukan nasionalisme indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928, penculikan Soekarno-Hatta yang mendorong percepatan Proklamasi Kemerdekaan menjadi 17 Agustus 1945,peralihan Orde Baru tahun 1960-an akhir; dan perlihan Orde Baru ke transisi era Reformasi pada tahun 1998.

Mahasiswa Sejati adalah mahasiswa yang mampu mensinergiskan antara inteletual, moral, mental, jiwa sosial dan spritual. Kelima unsur tersebut harus dimiliki oleh seorang mahasiswa sejati. Atau sejatinya mahasiswa harus memiliki lima kreteria tersebut. Mahasiswa sejati bukanlah mahasiswa yang datang pulang untuk kuliah, kerjakan tugas di perpustakaan, 4 tahun berjalan menunggu wisuda dengan toganya. Setelah itu ke sana ke mari membawa map berisi ijazah untuk berharap bekerja di perusahaan dan lembaga yang bonafit.

Pertama intelektual. Mahasiswa sejati sebagai insan akademisi maka sudah sepatutnya jiwa dan aktifitasnya senantiasa dalam dimensi belajar yang haus ilmu dan pengembangan penemuan-penemuan baru. Hal ini dilakukan sebagai  pengembangan rasio dan kepribadiaannya sebagai seorang pembelajar. Cita-citanya adalah menjadi bagian yang mengusung dunia yang dinaungi nilai-nilai keilmiahan dan rasionalitas.

Kemudian moral. Artinya mahasiswa sebagai seorang pemuda adalah pemilik ‘darah dan semangat muda’, yang mencari jati diri dan menerjemahkan dunianya terkadang kita tidak secara rasional tapi emosional. Dalam kemudaannya, mahasiswa adalah insan yang menginginkan perubahan, progresifitas, dan menciptakan dunianya sendiri yang berbeda dari‘dunia buatan orang tua. Mereka berbeda dengan anak  muda pada umumnya yang cenderung kepada kebebasan, kesenangan, foya-foya dan santai-santai. Inilah sisi berat menjadi mahasiswa sejati yang harus bisa menempatkan kemudaannya dalam bingkai moral yang harus tetap terjaga dengan baik.

Ketiga mental. Banyak orang memiliki intelektual dan moral bagus tapi tidak memiliki mental yang kuat untuk membuat sebuah perubahan. Sehingga tidak memiliki keberanian untuk bergerak atau sekedar mengeluarkan sebuah ide. Kutu buku yang mati kaku di tengah masyarakat karena mentalitas yang lemah. Seorang mahasiswa sejati harus berani menatap segala tantangan zaman yang memang tidak pernah ramah terhadap sebuah perubahan apalagi berhadapan dengan sebuah rezim kemapanan. Menjadi problem solver terhadap problematika masyarakat bukan sampah masyarakat karena menjadi pengangguran intelektual.

Keempat sosial. Tidak asyik dengan dirinya saja. Mahasiswa dilahirkan oleh zaman untuk meretas problematika zaman bukan sekedar menghapus dahaga intelektualnya saja tapi tidak peduli dengan orang lain. Mahasiswa meski harus bergelut dengan tugas, makalah, ujian dan lain sebagainya. Tapi mereka adalah bagian dari masyarakat dan akan kembali kepada masyarakat sehingga jiwa sosial harus senantiasa terjaga agar menajdi lampuyang menerangi lingkungan sekitarnya.

Kelima spritual. Ini aspek yang mungkin langka dimiliki oleh mahasiswa pada umumnya. Ini membutuhkan pemahaman agama dan kesadaran tinggi untuk memperhatikan aspek spritual. Sebab pada umumnya mahasiswa sebagai anak muda yang berani dan berpendidikan lagi, seolah tidak ada lagi yang ditakutkan dan dimintai pertolongan. Padahal ada Allah yang memberikan segalanya kepada mereka. tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya tidak mungkin mereka menjadi mahasiswa yang memiliki keberanian, mental dan intelektual. Kesadaran ini harus senantaisa ada, agar gerakan dan pemikiran mahasiswa terbingkai dalam koridor keimanan dan berujung pada kesuksesan dunia akherat. Wallahu a’lam bish shawwab.*/ Abu Putri/stishid

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp