Potong Hewan Kurban Dengan Potong Gaji

Stishid.ac.id- Momentum Idul adha tentu bukan sekedar peringatan biasa, tapi sebagai salah satu  syariat untuk membuktikan keimanan seseorang yaitu dengan berkurban. Maka berkurban adalah puncak pengabdian seseorang yang mengaku beriman.

Untuk umat Nabi Muhammad, bentuk pengorbanannya adalah dengan menyembelih hewan. Tidak sedahsyat pengorbanan Nabiyullah Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismael. Dan perintah mengorbankan manusia hanya sekali itu saja, yang akhirnya Allahpun menggantinya dengan seekor domba karena Ibrahim dan Ismael telah membuktikan ketaatan dan keimanannya.

Meskipun perintah berkurban itu hanya menyembelih hewan kurban, tapi banyak umat Islam yang enggan berkurban dengan berbagai alasan.“Tahun depan saja, saat ini masih banyak tanggungan, lain kali saja, nanti kalau ada rezeki lebih“

Sehingga saat menjelang Idul Adha banyak orang merasa menjadi miskin atau tidak mampu. Padahal bisa membangun rumah, mencicil kendaraan, perkakas rumah tangganya juga mewah. Contoh sederhana orang tua yang memberi uang saku anaknya setiap hari 10.000, berarti satu bulan habis 3.650.000 rupiah. Bagi yang sudah mensekolahkan anaknya dengan biaya SPP lebih dari 500 ribu berarti untuk satu tahun 6 juta. Bagi suka memprogramkan rekreasi keluarga setiap pekan 50.000, berarti satu tahun 2.600.000  dan belum lagi yang lain.

Padahal berkurban itu sekitar 2 juta saja sudah dapat kambing atau dikalikan 7 orang berarti bisa dapat sapi seharga 14 juta dan itu cukup besar. Berkurban itu murah dan mudah tapi semua tergantung hidayah dari Allah.

Di STIS Hidayatullah sudah beberapa tahun ini, para dosen bersepakat untuk berkurban dengan potong gaji setiap bulan sekitar 150 ribu. Sehingga satu tahun dapat 1.800.000 per dosen. Sehingga ketika dikalikan 7 dosen untuk berkurban  bisa dapat sapi seharga 12.600.000 ribu. Tahun sebelumnya potong gaji 100 ribu sudah cukup tapi karena inflasi dan harga sapi juga terus naik maka naik juga gaji yang dipotong untuk kurban.

Kemudian sebagian dosen berkurban dengan keluarganya, sebagian dengan anggota halaqahnya. Karena tidak semua bisa ditampung secara bersama-sama di program kampus STIS. Insyaallah kedepannya, mahasiswa akan didorong dan dimotivasi untuk bisa berkurban dengan cara menabung dua tahun atau semampunya.

Perlu diketahui STIS Hidayatullah Balikpapan ini bukan perguruan tinggi bonafid yang kaya yang berorintasi profit atau keuntungan. Tapi bersifat sosial, mahasiswanya semua gratis SPP, konsumsi, asrama dan uang gedung. Sehingga untuk masalah penggajian dosen tidak sama dengan dosen di perguruan tinggi lain yang ada tunjangan jabatan, kesehatan atau mengacu UMR. Uang 2 juta itu sangat banyak, tapi kalau dicicil setiap bulan 150 ribu terasa ringan.

STIS Hidayatullah Balikpapan adalah perguruan tinggi perjuangan, kata salah satu ustadz senior,“Sebenarnya gaji dosen dan guru di Hidayatullah itu 5 juta tapi sebagian besar diinfakkan pada jalan Allah dan dan yang diserahkan ke masing-masing guru dan dosen itu sebagian kecilnya saja yaitu kurang dari 1 juta. Jadi insyaallah akan kaya di akherat nanti“

Meskipun demikian tidak ada alasan bagi dosen STIS Hidayatullah Balikpapan untuk membuktikan keimanannya yaitu memotong hewan kurban dengan cara memotong gaji setiap bulan. Terasa ringan dan tidak membebani.

Setiap perintah Allah pasti ada menyimpan manfaat yang luar biasa dan sebaliknya jika tidak menjalankan perintah Allah ada kerugian atau kekurangan yang dirasakan dalam kehidupan ini. Maka berkurban itu mudah dan murah.*/Abdul Ghofar Hadi

Share

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp